Jembatan Kukar

Terdengar Suara Gemuruh saat Jembatan Runtuh

Ada suara gemuruh yang panjang, saya dan warga langsung lari. Sehabis runtuh, muncul hempasan air seperti kabut.

Editor: Fransina Luhukay
(Tribun Kaltim/Dwi Ardianto)
Jembatan Kutai Kartanegara (lama) yang membentang di atas Sungai Mahakam, Tenggarong, Kukar, Kaltim, ambruk ke Sungai pada tanggal 26 November 2011 pukul 16.20 Wita. Puluhan kendaraan bermotor ikut tenggelam, dan mengakibatkan 24 orang tewas dan puluhan luka-luka. (Tribun Kaltim/Dwi Ardianto) 

SAMARINDA, tribunkaltim.co.id - Jembatan Kutai Kartanegara (Kukar), Provinsi Kalimantan Timur yang  runtuh sekitar pukul 16.00, Sabtu (26/11/2011), mengejutkan warga Teluk Dalam Tenggarong Seberang.

Warga berlarian ketika mendenger suara gemuruh dari sekitar jembatan yang mulai dibangun tahun 1995 itu. "Ada suara gemuruh yang panjang, saya dan warga langsung lari. Sehabis runtuh, muncul  hempasan air seperti kabut," kata Sanusi, pekerja mebel yang lokasi bengkelnya berjarak 200 meter dari jembatan Kukar.

Sanusi menuturkan,  saat ia dan warga tiba di pinggir Sungai Mahakam tak bisa berbuat apa-apa.  "Kami melihat orang yang terhanyut berteriak minta tolong, namun kami takut terjun ke sungai. Hanya bisa lihat dari kejauhan. Tetapi ada tiga orang yang selamat menepi ke pinggir sungai. Mereka ada yang diselamatkan perahu ces bermesin milik kampung Teluk Dalam," kata Sanusi.

Hal serupa diungkapkan Puspa Diatry. Beberapa menit sebelum kejadian, mahasiswa program S2 Universitas Mulawarman ini baru melewati jembatan Kukar, pulang dari kampus di Samarinda.

"Saya lewat di jembatan itu sekitar pukul 14.00. Kendaraan melambat karena ada petugas yang sedang memperbaiki jembatan. Sekitar 10 menit lewati jembatan tiba-tiba saya mendengar suara menggelegar seperti petir," tutur Puspa yang juga Pegawai Pemkab Kukar. 

Jembatan Goyang dari Kiri, Kanan dan Atas

Mengapa jembatan bisa ambruk. Inilah anaisis Budi A Sukada, Ketua Kehormatan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) 2008-2011.

JEMBATAN harusnya tahan tidak bergerak ke kiri dan kanan. Baik yang bertumpu di bawah, maupun yang digantung. Di Amerika banyak jembatan. Banyak kejadian ditiup angin dia miring. Kalau jembatan ditopang dari bawah, yang harus kuat adalah kremonanya. Kalau dibalik, dia jadi gantung kan. Jadi sama saja. Yang terpenting pertemuan antara badan jembatan dengan kremona. Kalau dibalik dengan gantung, yang penting dari kabelnya dengan gantungannya ketemu badannya.

Makanya, biasanya untuk mencegah begini, setelah digantung, di bagian bawah ditambah lagi. Dipasang kabel juga. Untuk mencegah goyang turun naik, ikatan dari kabel dan gantungannya harus canggih.

Kalau dilihat goyangnya bukan saja dari kiri dan kanan tapi atas dan bawah. Dia cuma gantung, bikin kabel. Memang mengerikan. Saya pernah ke sana, merasakan tidak enak. Bisa jadi karena memilih logamnya juga tidak benar. Bukan dari kualitas bagus, tidak dilapisi anti karat. Dengan model begitu memang tidak tahan lama.  

Ini bukan soal arsitektur tapi lebih banyak ke struktur. Yang harus benar-benar ditanya adalah ahli sipil. Menurut saya, baik kabel maupun penggantungnya tidak stabil. Karena ketika melewati jembatan itu, dia berputar atas bawah.

Yang saya dengar inspirasi jembatan ini dari jembatan Golden Gate di Amerika. Tapi, Golden Gate itu dibuat dengan sangat hati-hati. Penghitungannya dilakukan lebih dari setahun karena waktu itu masih manual, belum ada komputer. Gambarnya ribuan lembar. Makanya bisa bertahan sampai sekarang.

Menurut saya jembatan ini desainnya tidak jelas. Selain itu, juga tidak jelas berapa kemampuan jembatan untuk dilewati kendaraan. Kalau sering dilewati kendaraan yang mengangkut alat berat, besar kemungkinan rusak.

Dalam masa perbaikan saat ini, saya ragu kalau itu menjadi penyebab runtuh. Sebab saya duga, lihat saja nanti datanya. Yang membuat siapa, yang memperbaiki siapa. Yang memperbaiki pasti kontraktor nasional. Makanya harus diperiksa. Pemeriksaan melibatkan inspektur bangunan. Di DKI ada, di bawah Dinas Pekerjaan Umum. Membantu polisi menjelaskan, mana yang salah. Siapa yang salah. Biasanya ada di pemprov penyidik bangunan. Pemeriksaan itu sampai ke gambarnya. Benar tidak cara menghitungnya.

Berdasarkan perhitungan saya, saya jamin yang menggambar bukan arsitek, karena tidak indah. Jembatan Semanggi, didesain oleh arsitek. Sekarang sudah ada beberapa jembatan di jalan tol Jabodetabek yang didesain oleh arsitek. Arsitek desain dulu, baru dihitung.

Harusnya kalau memang jalan kelas tiga, yang lewat tidak boleh semua jenis kendaraan. Dugaan saya karena ketidaktahuan. Membangun jembatan untuk tidak semua kendaraan. Jembatan didesain untuk jenis jalan yang berbeda-beda.

Jadi ada empat kemungkinan. Yang pertama kelelahan metal. Kedua, kemungkinan karena perencanaan. Kemungkinan ketiga karena pelaksanaannya. Kemungkinan keempat karena pengawasan penggunaan, apakah dibatasi kendaraan yang boleh lewat.(*)

***

UPDATE berita eksklusif, terbaru, unik dan menarik dari Kalimantan. Cukup likes fan page  fb TribunKaltim.co  atau follow twitter  @tribunkaltim 


Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved