Lalu Lintas Ponton Rusak Sonar Pesut

Berdasarkan penelitian RASI 2014 lalu, jumlah pesut di Sungai Mahakam kini tersisa 86 ekor.

Penulis: Rafan Dwinanto |
Hand Out
Pesut (latin: Orcaella brevirostris), sejenis hewan mamalia. Pesut sering disebut lumba-lumba air tawar, keberadaannya hampir punah. Secara taksonomi pesut Mahakam masuk subspesies pesut (Irrawaddy dolphin). Selain di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, pesut ditemukan di perairan Kubu Raya dan Kayong Utara, Kalimantan Barat. 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Hingga kini, tak ada temuan Pesut Mahakam mati tertabrak ponton. Hal ini terungkap dalam rapat yang digelar Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim, Kamis (13/8/2015).

Rapat pembahasan dugaan pelanggaran Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) ini turut dihadiri perwakilan Yayasan Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI), dan Komunitas Save Pesut Mahakam.

Kedua komunitas ini pun menyebut kasus mati tertabrak ponton nyaris tidak pernah ditemui. Namun, aktivitas lalu lalang ponton, diakui memberikan gangguan kepada mamalia asli Sungai Mahakam ini.

Eli Aprianto, dari RASI, mengatakan selain memberikan kerusakan ekosistem sungai, aktivitas ponton juga memberikan dampak polusi suara bagi pesut. Jika polusi suara melebihi 110 desibel (dB), akan merusak sonar pesut.

“Sementara, Pesut mencari makan menggunakan sonar. Kerusakan sonar akan membuat pesut tidak lagi bisa mencari makan dan mengakibatkan kematian,” kata Eli, Kamis (13/8/2015).

Berdasarkan penelitian RASI 2014 lalu, jumlah pesut di Sungai Mahakam kini tersisa 86 ekor.

“Populasi besar berada di Perairan Muara Kaman, Kota Bangun, dan Muara Muntai, termasuk Sungai Kedang Kepala," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved