Hadapi MEA, Komunitas Dayak Indonesia dan Malaysia Bangun Kerjasama
Pertemuan itu juga menghasilkan rekomendasi mengenai skala prioritas pembangunan di wilayah perbatasan Indonesia.
Laporan wartawan TribunKaltim.co, Niko Ruru
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Tak hanya pemerintah kedua negara, komunitas etnis Dayak Agabag, Indonesia dan Rumpun Murut, Sabah, Malaysia sepakat membangun kerjasama menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku akhir tahun ini.
Hal itu merupakan salah satu resolusi yang dihasilkan pada Rapat Kerja Nasional Dayak Agabag.
“Kami sepakat melakukan kerjasama dibidang budaya dalam Bilateral Meeting Indigenous Peoples Of Dayak Agabag-Murut Sabah,” kata Lumbis, Ketua Dewan Adat Dayak Agabag Propinsi Kaltim-Kaltara, Kamis (15/10/2015), dalam siaran pers kepada TribunKaltim.co.
Disebutkannya, kerjasama budaya itu di antaranya menyusun agenda pertemuan rutin. Kedua suku yang secara bahasa adat-istiadat ini sama tetapi terbagi dalam dua negara.
“Banyak hal yang kami ingin lakukan demi percepatan pembangunan di perbatasan,” ujarnya.
BACA JUGA: Sejumlah Perawat di Daerah Ini Tidak Mengerti soal MEA
Selain itu, keduanya sepakat melakukan pengamanan perbatasan, termasuk mempersiapkan masyarakat Dayak Agabag di Indonesia dan Murut di Sabah Malaysia menghadapi MEA.
“Karena komunitas kami yang ada di perbatasan dan harus kami siapkan supaya mendapat peran dan manfaat yang baik dari program tersebut,” ujarnya.
Pertemuan itu juga menghasilkan rekomendasi mengenai skala prioritas pembangunan di wilayah perbatasan Indonesia.
“Kami harus pro aktif memberikan masukan, apa yang kami butuhkan? Jangan sampai membuat program yang tidak sesuai dengan kebutuhan dengan memberikan masukan kepada pemerintah. Jadi mereka tahu apa yang prioritas di lakukan?,” ujarnya.
Ketua Delegasi Murut, Sabah, Datuk Ellron Angin, pada pertemuan itu menegaskan, perlu ada hubungan kerja sama yang baik antara Dayak Agabag dengan Murut, Sabah. Karena itu, pihaknya menyambut baik resolusi-resolusi yang telah disepakati bersama.
“Demi kelajuan pembangunan di simpadan karena melihat peta antropologi Dayak Agabag adalah majority yang tinggal di Kabupaten Nunukan. Begitu juga kami, bahwa Murut yang majority yang ada di simpadan Sabah,” ujar Wakil Ketua Menteri Sabah ini.
Anggota parlemen Sabah ini mengatakan, perlu perencanaan bersama segala kebutuhan di perbatasan, yang akan menjadi masukan bagi masing-masing pemerintah di Malaysia maupun Indonesia.
“Ini adalah hal yang baik. Yang mana tahun depan kami akan menjadi tuan rumah dari pertemuan yang semacam ini yang disebut Bilateral Meeting Indigenous Peoples Of Dayak Agabag-Murut,” ujarnya. (*)