Berita Eksklusif

Warga Buang Sampah Tiru Ala Jepang dengan Halte Sampah

Model ini merupakan program pengelolaan sampah berkonsep Reduce, Reuse, dan Recycle (3R).

Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto |
Tribunkaltim/Aridjwana
HALTE SAMPAH - Seorang warga saat memilih barang bekas di tempat pembuangan sampah di Ruhui Rahayu, Kecamatan Balikpapan Selatan, Senin (01/2) (Tribunkaltim/Aridjwana) 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Pemkot Balikpapan menerapkan mekanisme pengelolaan sampah ramah lingkungan alas Jepang yang diberi nama Halte Sampah.

Model ini merupakan program pengelolaan sampah berkonsep Reduce, Reuse, dan Recycle (3R).

Halte Sampah tidak tersedia rak khusus ataupun memiliki fasilitas, melainkan hanya berbentuk banner putih berukuran sekitar lebar 75 cm dan panjang 100 cm. Terdapat tulisan "Halte Sampah" berwarna merah menunjukkan tempat tersebut khusus untuk meletakkan sampah yang nantinya akan dijemput mobil pengangkut sampah dari Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP). Banner juga memuat tulisan jam pembuangan sampah pukul 07.00-09.00 Wita.

baca juga

Program Halte Sampah merupakan proyek Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA).

Kota Balikpapan merupakan salah kota yang ditunjuk untuk merealisasikan program tersebut bersama Palembang. Project Officer 3R JICA Minda mengatakan tak ada kriteria khusus mengenai penunjukan Balikpapan sebagai kota percontohan sistem pengelolaan sampah 3R melalui Halte Sampah. Kendati Kota Beriman kerap meraih penghargaan Adipura. Penunjukan murni dari Kementerian KLHK.

Berdasarkan survei JICA pada 2014, timbunan sampah di Kota Balikpapan mencapai 485 ton per hari. Bukan tidak mungkin angka tersebut akan bertambah seiring pertumbuhan penduduk dan laju perekonomian. Pemkot Balikpapan lantas memanfaatkan kesempatan mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA. Apalagi sampah memiliki potensi sebagai sumber daya melalui sistem daur ulang.

baca juga

"Pemkot Balikpapan melibatkan JICA, Bappeda, Badan Lingkungan Hidup serta DKPP untuk menjalankan program Halte Sampah. Kami koordinasi dengan mereka, dan sosialisasi telah dijalankan. Harapan kami masyarakat bisa hidup sehat dan bersih, sehingga Balikpapan ramah lingkungan," jelas Minda ditemui di kantornya Jl. Ruhui Rahayu, Rabu (3/2/2016).

Minda menuturkan, Halte Sampah mengambil konsep dari pengelolaan sampah di Jepang yang disebut Gumi Station. Cara kerjanya sama, yaitu masyarakat cukup menaruh sampahnya di halte bus sebelum pukul 07.00 wita tiap harinya. Sebab, mobil pengangkut sampah mengambil sampah di halte pukul 07.00 -09.00 Wita.

baca juga

Perbedaannya, Halte Sampah tidak memiliki wadah khusus, melainkan hanya banner yang ditaruh di tempat-tempat tertentu. Sedangkan Gumi Station memiliki bak sampah yang tertutup rapat seperti kandang, sehingga sampah yang dibuang tidak berserakan di jalan.

"Pembuatan Halte Sampah, sebenarnya itu tidak ada nilai investasinya. Karena Pemkot menganjurkan tidak boleh membangun suatu bangunan, jadi hanya banner saja. Konsepnya, sampah ditaruh di halte, menunggu petugas mengangkutnya. Jadi sampah tidak ada yang numpuk, tidak berlama-lama di halte tapi langsung diangkut, karena sudah berjadwal," ucap perempuan berjilbab itu.

Saat ini program tersebut telah berjalan. Kelurahan Gunung Bahagia terpilih sebagai daerah percontohan Halte Sampah. Kelurahan tersebut terdapat fasilitas Bank Sampah di RT 20, Gunung Bahagia dan tempat pengolahan sampah kering atau Material Recovery Facility (MRF) di Jl. Rengganis.

baca juga

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved