Berita Eksklusif
Kisah Nenek Tupini Penghuni Panti Jompo, Kalau Sakit Saya Nangis Ingin Diurusi Anak
Hanya terdengar suara mesin pompa air yang menderu. Di dalam panti, wanita renta duduk di atas ranjang sembari bertegur sapa dengan penghuni lainnya.
Penulis: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Suasana Panti Jompo Werdha Bhakti Abadi yang berada di kawasan Sepinggan, Balikpapan Selatan, Senin (18/4/2016) sore itu tampak sepi.
Hanya terdengar suara mesin pompa air yang menderu. Di dalam panti, wanita renta duduk di atas ranjang sembari bertegur sapa dengan penghuni lainnya.
Wanita tua itu bernama Tupini (73) yang sejak 2007 menetap di Panti Jompo Werdha Bhakti Abadi. Suaminya sudah menghadap sang Khalik pada 1994 akibat sakit.
Semasa hidupnya, suaminya berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kotamadya (Pemkot) Balikpapan. Sejak saat itu, Tupini tinggal seorang diri di rumah sewa di depan panti.
Sehari-hari Tupini berjuang sendiri mempertahankan hidup bekerja sebagai tukang cuci dan bersih-bersih dari rumah ke rumah.
Namun suatu hari, tiba-tiba kakinya kram, saat itu ia merasa tubuhnya tak bisa bergerak. Tupini pun hanya bisa terbaring lemas di kamar.
Baca: Tidak hanya Berharap Bantuan, Para Penyandang Tunarungu Ini Bekerja Mandiri di Pencucian Mobil
Sejak itu ia tak bisa lagi beraktivitas seperti biasa. Beruntung, pengelola Panti Jompo Werdha Bhakti mengajaknya tinggal bersama agar mendapatkan perawatan.
Panti jompo umumnya merupakan tempat perawatan orang-orang lanjut usia yang sudah tak memiliki keluarga. Tupini justru memiliki seorang anak yang tinggal di Balikpapan.
Malang baginya, lantaran anaknya tak bisa merawat dan membawanya tinggal bersama.
"Saya punya anak satu, cowok. Tapi dia sekarang tinggal di Gunung Pasir. Dia tidak bisa merawat saya, karena dia tinggal menumpang di rumah mertua, itupun dipungut uang sewa," ujar wanita renta berkacamata itu.
Sehari-hari ia hanya menghabiskan waktu di atas ranjang panti jompo tanpa perhatian dari orang-orang tercintanya. Selama ini hanya perawat panti yang rela mengurusnya. Tak dipungkiri, Tupini kerap merindukan kasih sayang dari anaknya.
Suatu malam, Tupini jatuh sakit. Ia merasa sudah habis harapan, lantaran tak ada yang bisa membantunya. Tupini memang mengidap penyakit jantung sejak tahun 1998 dan sepuluh tahun berikutnya ia terkena stroke ringan.
Baca: Pengajuan Dana Bansos tak Kunjung Cair, Panti Berharap dari Donatur
Akhirnya malam itu, ia hanya bisa menangis tersedu, sembari mendoakan anak laki-lakinya.