Berita Eksklusif
Ironis Gaji tak Cukup Penuhi Biaya Hidup, Guru Nyambi Tukang Pijat
Sebagian tenaga pengajar atau guru belum dapat menikmati kado indah pada perayaan hari kebesaran mereka, Hari Pendidikan Nasional, Senin (2/5/2016).
Penulis: tribunkaltim | Editor: Amalia Husnul A
Laporan wartawan Tribun Kaltim, Rafan A Dwinanto, Muhammad Arfan, Geafry Necolsen, Cornel Dimas S.K., Budi Susilo, Rahmad Taufiq, dan Niko Ruru
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Sebagian tenaga pengajar atau guru belum dapat menikmati kado indah pada perayaan hari kebesaran mereka, Hari Pendidikan Nasional, Senin (2/5/2016).
Guru tenaga kontrak atau honorer, misalnya, mendapat upah rendah sekali, jauh di bawah upah minimum, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup terpaksa bekerja sampingan, seperti nyambi sebagai tukang pijat, dan berjualan.
Demikin dirangkum dari beberapa guru. Di antaranya:

(tribunkaltim.co/mustarno)
Salah satu guru kontrak yang mengajar di sebuah sekolah di kawasan pedalaman Kabupaten Tanjung Redeb, Berau. (tribunkaltim.co/geafry necolsen)
Kusworo, bukan nama sebenarnya, seorang guru di Samarinda.
Saat guru umumnya melepas penat, pada hari libur, setelah sepekan mengajar, sore kemarin, Minggu (1/5/2016), Kus justru terlihat sibuk melayani pembeli, yang memadati Tepian Mahakam, Samarinda.
Bermodal mobil jenis minibus yang dicicil dari honornya mengajar, Kus mencoba peruntungan dari pekerjaan sampingan, berjualan minuman-minuman praktis. Seusai mengajar, Kus menghabiskan waktunya berjualan di Tepian Mahakam.
“Saya jualan mulai habis (Shalat) Ashar, sampai jam 03.00 dinihari,” kata Kus, yang mengajar mata pelajaran Agama Islam.
Tidak mudah menggali kehidupan Kus sebagai guru honor di sekolah negeri di Samarinda. Pria berkacamata ini mengaku tak ingin berkontroversi dengan profesinya sebagai guru honor.
BACA JUGA: Indonesia Digital Learning, Telkom Ajak Guru Melek Internet
Penghasilan sebagai guru honor diakui Kus, tidak mencukupi kebutuhan hidup. Terlebih saat sudah berkeluarga.
Hal yang sebenarnya disadari penuh oleh Kus sejak awal, namun tetap melakoninya. “Ini (profesi guru) amanah dan kebanggaan bagi kedua orangtua saya,” kata Kus, menuturkan alasan dirinya tetap setia dengan profesi ini.