Berita Eksklusif
Ironis Gaji tak Cukup Penuhi Biaya Hidup, Guru Nyambi Tukang Pijat
Sebagian tenaga pengajar atau guru belum dapat menikmati kado indah pada perayaan hari kebesaran mereka, Hari Pendidikan Nasional, Senin (2/5/2016).
Penulis: tribunkaltim | Editor: Amalia Husnul A
1. Berharap Jadi PNS
Ilustrasi - guru mengajar, (TRIBUNNEWS)
Erni, guru Sekolah Dasar Luar Biasa (SD-LB) Negeri Tanjung Redeb, Berau. Ia difabel (Different Ability), seseorang yang keadaan fisik atau sistem biologisnya berbeda dengan orang lain pada umumnya.
Ketidaksempurnaan dari segi fisik tak membuat Erni lantas berpangku tangan, menanti belas kasihan dari orang lain. Ia begitu bersemangat memberikan yang tebaik kepada anak-anak didiknya.
Sejak lahir, Erni menyandang tuna netra.
Meski tak bersedia menyebutkan berapa honor yang diterimanya dari mengajar, Erni merasa bersyukur, ada pekerjaan sampingan yang dilakoninya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
LIHAT JUGA: VIDEO – Gara-gara Memukul Murid Seorang Guru Dikeroyok Satu Kelas
Bersama sang suami yang juga penyandang tuna netra, dia rela nyambi menjadi tukang pijat, menawarkan jasanya untuk merelaksasi tubuh.
"Ada penghasilan tambahan dari memijat orang, malah bisa lebih besar dari honor yang saya dapat. Tapi cita-cita saya memang ingin jadi guru jadi saya tidak permasalhkan menjadi guru hoonorer," tegasnya.
Erni telah mengajar di sekolah ini sejak tahun 2008, namun hingga kini, dia masih berstatus sebagai guru honorer di sekolah milik pemerintah ini.
Erni menuturkan, dalam hati kecilnya ingin menjadi guru dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti sejumlah rekannya yang lain.
BACA JUGA: Ibu Guru Muda Ini Siap Mengabdi Selamanya di Pedalaman
Namun apa daya, ketika pemerintah memberlakukan moratorium pengangkatan PNS, Erni seolah kehilangan kesempatan itu. "Sebelum ada moratorium itu, saya sempat mengikuti seleksi calon PNS.
Demikian juga Rifqia Azizah, yang sudah dua tahun mengajar di SMP 16 Balikpapan. Ia tak kunjung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Padahal jam mengajarnya kurang lebih sama dengan guru lain yang berstatus PNS. Rizqia juga mengemban tugas sebagai wali kelas, yang tak jarang diminta untuk mendampingi kegiatan ekstrakurikuler.
Ia sangat berharap bisa berstatus PNS lantaran gaji tenaga honor tak cukup untuk memenuhi biaya hidup bersama suaminya. Gaji bersih yang diterimanya sekitar Rp 2,4 juta, belum terkena potongan sana-sini.
BACA JUGA: Lantai Sekolah Jebol, Guru Mengajar Sebulan Sekali lantaran Transport Mahal
Sempat terbesit keinginan menambah penghasilan dari usaha sampingan. Sayangnya, niat itu terhalang padatnya jadwal mengajar ditambah jarak antara rumahnya dengan sekolah yang terbilang jauh.
"Rumah saya di kilometer 15. Kurang lebih jaraknya 20 km dari sekolah. Tiap hari mengajar dari pagi sampai jam 2, seringnya ya sampai jam 4 karena ada kegiatan tambahan. Pengen nambah penghasilan dari les. Tapi karena waktu ngajar di sekolah sudah padat, saya ngajar kelas IX dan bimbel, jadi nggak bisa," ungkapnya kepada Tribun, Jumat (29/4/2016).
Alasan kesejahteraan membuatnya semakin mantap bertekad menjadi PNS. Rifqia berpredikat sarjana pendidikan spesialisasi jurusan Fisika.
Ia kerap memantau kabar tes CPNS, namun tak ada lowongan untuk formasi guru IPA. Beberapa waktu lalu, ia memberanikan diri mengikuti tes CPNS umum, tapi dinyatakan tidak lulus.
BACA JUGA: Kasih, Nasib dan Lika Liku Sulitnya Mengajar di Daerah Terpencil
Kecewa jelas dirasakannya, bukan hanya lantaran tidak lulus, melainkan tak ada lowongan untuk formasi yang sesuai dengan jurusannya.
"Kemarin sempat ikut tes cuma gakda formasi guru IPA. Saya ikuti itu untuk cari pengalaman. Baru sekali itu ikut, supaya pal ing tidak ada bayangan dan sudah pernah nyoba kalau test. Harapannya ya diperhatikanlah formasi tes harus adil. Fisika ada, biologi ada, setiap tahun itu harus ada, merata semua bidang studi," kata Rifqia ketika ditemui di SMP 16 Jalan Sultan. (*)