Berita Eksklusif
Pengelola Wisma Lokalisasi Km 17 Sudah Berhaji tapi Belum Tahu Kapan Bertobat
Saking seringnya orang meminta bantuan kepada Nur Ali, ia melihat adanya peluang usaha sehingga ia memanfaatkannya.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Bekerja di kawasan lokalisasi tidak pernah terpikirkan Nur Ali (67).
Niatnya merantau dari kampung halamannya di Sulawesi ke Kalimantan ingin menjadi pedagang sukses. Kini Nur Ali menjadi Ketua RT 38 Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara, tempat keberadaab lokalisasi Lembah Harapan Baru Km 17.
Awa 1980, Nur Ali mendarat di Bontang bekerja sebagai pedagang kebutuhan bahan pokok yang dipasok dari Sulawesi.
Saat ditemui Tribun Kaltim dan TribunKaltim.co di tempat tinggalnya di salah satu wisma di Kompleks Lembah Harapan Baru Kilometer 17, Nur Ali menceritakan perjalanan hidupnya hingga akhirnya terjun ke dunia prostitusi di Kota Balikpapan ini.
Ia juga membawa kerbau untuk disewakan menarik balok-balok kayu yang akan dibawa keluar dari hutan. Saat kapal kembali ke Sulawesi, Ali mengangkut kayu-kayu Kalimantan, seperti jenis Ulin.
Baca: Jangankan Kirim Uang ke Kampung, untuk Makan Saja Susah. . .
"Apa saja dulu dijual seperti sembako, bahan-bahan pokok yang tidak tidak ada di Kalimantan kita bawa dari Sulawesi termasuk kerbau hidup untuk bantu orang bawa kayu," katanya ditemui di halaman belakang wismanya.
Ternyata usaha yang dijalani tidak bertahan lama. Awalnya mengalami musibah, kapal pengangkut barang-barang dagangan karam. Akibat musibah itu, ia terlilit utang.
"Jadi kapal saya yang biasa bawa barang tenggelam dan tak lama kemudian kerbau juga mati gara-gara banjir jadi situasi itu membuat saya bingung selain usaha saya hancur, utang saya juga menumpuk," ujarnya.
Kesulitan ekonomi tersebut membuatnya keluar dari Bontang menuju Balikpapan. Sesampainya di kota Minyak ia mencoba beberapa profesi seperti kuli bangunan, hansip kemudian satpam.
Baca: Korban PHK Perusahaan Kayu akhirnya Mengelola Tempat Prostitusi
Sampai di Balikpapan saya tinggal berpindah-pindah awal saya di daerah Antasari selanjutnya pindah ke Sidodadi Kampung Baru dan setelah saya bertemu teman lama akhirnya pindah ke Manggar Sari dan saat itu kerja menjadi kuli bangunan.
Tetapi tidak lama karena ia aktif dalam kegiatan masyarakat di sekitar akhirnya saya dipercaya untuk menjadi petugas keamanan.
Gayanya yang dulu cukup modis dan mudah akrab terhadap orang lain ternyata membuat Nur Ali dipercaya sebagian "tamu" yang datang ke Manggar Sari untuk memintanya bantuannya dicarikan "teman kencan".
"Jadi gaya dulu walaupun tidak punya uang yang penting gaya dulu, saya orangnya rapi. Terus selama jadi petugas kemanan saya cukup baik dari sisi kinerja sehingga orang juga banyak kenal saya akhirnya mereka kalau mau "jajan" selalu tanya sama saya dan minta carikan," katanya.