Perkawinan Inbreeding Terus-menerus Bisa Sebabkan Ukuran Sapi Mengecil
"Beratnya dulu saya kurang tahu pasti. Tapi melihat ukuran tanduknya, itu sangat besar. Sekarang kecil-kecil"
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Pola peternakan yang kebanyakan masih tradisional, masih menjadi kendala utama pengembangan sektor peternakan di Kabupaten Bulungan. Bukannya meningkat, pola peternakan tradisional ini juga mengakibatkan produksi daging sapi terus menurun.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan di Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan, Jalan Kolonel Soetadji, Tanjung Selor, pekan lalu mencontohkan kondisi yang saat ini terjadi di Desa Kerubung, Kecamatan Tanjung Palas, Kabupaten Bulungan.
Sebelum tahun 2000-an, kata Subuh, ternak sapi yang ada di desa ini cukup besar. Bahkan desa ini terkenal sebagai salah satu penghasil sapi berukuran besar.
Walau tidak melihat secara langsung, namun berdasarkan ukuran tanduk yang masih disimpan peternak yakni mencapai lebih dari 1 depa orang dewasa (lebih dari 1,6 meter), berat sapi diperkirakan rata-rata di atas 500 Kilogram. Namun saat ini, penurunan berat sampai diperkirakan mencapai puluhan kilogram setiap tahunnya.
"Beratnya dulu saya kurang tahu pasti. Tapi melihat ukuran tanduknya, itu sangat besar. Sekarang kecil-kecil," katanya.
Setelah ditelusuri, kata Subuh, akar permasalahan adalah pola peternakan tradisional yang dibiarkan berlarut-larut. Di desa ini juga minim sapi pejantan berkualitas karena sapi yang ada hanya itu-itu saja. Dan masalahnya lagi, lanjut Subuh, walaupun sudah mendapati bahwa kualitas sapi pejantan tak sebaik dulu, peternak tidak berupaya mendatangkan pejantan dari daerah lain.
Selain itu, terjadinya perkawinan sapi yang masih memiliki hubungan darah (inbreeding) secara terus menerus, juga turut berkontribusi menyebabkan ukuran sapi mengecil. Solusi yang bisa diambil kedepannya adalah melakukan inseminasi buatan (IB) atau suntik kawin pada sapi.
IB ini, kata Subuh, merupakan salah satu upaya khusus (upsus) pemerintah pusat yakni 'indukan wajib bunting' untuk mengembangkan sektor pertanian di daerah.
Keunggulan IB ini, bibit yang akan dihasilkan akan lebih berkualitas karena berasal dari pejantan pilihan, yang sudah diseleksi dari berbagai daerah di Indonesia.
Dengan IB, kawin alami yang tidak mungkin terjadi bisa dilakukan. Dia mencontohkan, di alam, sapi Limousine yang berukuran besar tak akan mau kawin dengan sapi Bali betina yang berukuran jauh lebih kecil.
Namun dengan IB, hal ini bisa dilakukan. Dan hasilnya, keturunan sapi Bali yang semula kecil bisa menjadi lebih besar. (*)