Calon Jemaah yang Kena Tipu First Travel Geram: Mau Jual Tas 'Kremes'-nya Anniesa?
Menurut Sarah, usulannya tersebut rasional mengingat kejadian First Travel dengan korban mencapai 62.000 calon jemaah ini sudah melebihi bencana.
TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Salah seorang korban Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) First Travel, Sarah, menyampaikan aspirasinya melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI).
Wanita asal Kudus itu meminta agar pemerintah mau menggelontorkan satu persen dana haji untuk menyelamatkan nasib 62.000 korban First Travel.
"Kemarin ada dana haji yang Rp 100 triliun, diambil satu persen untuk menyelamatkan jemaah First Travel bisa enggak?" tanya Sarah, saat audiensi dengan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DPR, Jakarta, Jumat (18/8/2017).
Menurut Sarah, usulannya tersebut rasional mengingat kejadian First Travel dengan korban mencapai 62.000 calon jemaah ini sudah melebihi bencana nasional.
Baca: Atas Alasan ini, Calon Jamaah Tolak First Travel Dinyatakan Pailit
Baca: Viral, Pria ini Minta Jamaah First Travel Ikhlaskan Uangnya yang Hilang, Sindirannya Makjleb Banget
Baca: Sejumlah Artis Terkait dengan Kasus Penipuan First Travel, Siapa Saja Mereka?
Baca: Bos First Travel Ternyata Sudah Jaminkan Rumah Mewahnya Karena Punya Hutang Rp 80 Miliar
Ia tak lagi memercayai keterangan manajemen First Travel yang berubah-ubah.
Awalnya, First Travel mengklaim calon jemaah yang urung diberangkatkan sebanyak 35.000 orang.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh pihak kepolisian, ternyata ada 62.000 orang calon jemaah umrah yang belum diberangkatkan.
"62.000 orang. Kalau saldo di rekeningnya tinggal Rp 1,5 juta, kami mau minta siapa? Mau jual tas 'Kremes'-nya Anniesa?" kata Sarah disambut riuh mereka yang ada di ruangan.
Anniesa dimaksud adalah Anniesa Hasibuan, pemilik First Travel yang kabarnya memiliki tas mewah seperti Hermès (bukan Kremes).

Berdasarkan audit tahun 2016, dana haji tercatat sebesar Rp 95,2 triliun.
Badan Pengelola Keuangan Haji memperkirakan, pada akhir tahun ini, angkanya bakal mencapai Rp 100 triliun.