Jalan Trans Kaltara yang Baru Selesai Dibangun Kini Mulai Rusak

Sehari-hari, jalan yang kini menjadi akses utama menuju KTT hingga Malinau ini juga kerap dilintasi truk-truk besar

Penulis: Doan E Pardede | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUN KALTIM / M ARFAN
Sebuah truk melintangi jalan di Kawasan Desa Pimping Kecamatan Tanjung Palas Utara lantaran sopir tak bisa menguasai medan jalan trans Kaltara yang licin. 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Sejumlah titik di sepanjang jalan trans Kaltara khususnya di sisi Tanjung Selor-Tanjung Palas, sudah mulai rusak. Padahal, jalan ini tergolong masih sangat baru.

Pantauan Tribun, Minggu (1/10), sudah ada lebih dari 5 titik yang ditambal. Sehari-hari, jalan yang kini menjadi akses utama menuju Kabupaten Tana Tidung (KTT) hingga Kabupaten Malinau ini juga kerap dilintasi truk-truk besar, terutama pengangkut biji kelapa sawit.

Kerusakan jalan ini, mendapat perhatian serius dari Ketua DPRD Kabupaten Bulungan, Syarwani. Jalan yang sudah terbangun ini, menurutnya memang bukan didesain untuk menahan kendaraan-kendaran berat. Jika dipaksakan, maka tentunya akan mempercepat kerusakan jalan. "Pasti berkontribusi terhadap kerusakan jalan," ujarnya.

Kedepannya, solusi terbaik untuk mengatasi persoalan ini adalah membuat Peraturan Daerah (Perda) tentang pengaturan angkutan perusahaan di jalan-jalan umum. Perda seperti ini sudah ada di Provinsi Kaltim.

Namun lagi-lagi, kata Syarwani, kalaupun nantinya ada Perda, penertiban masih menemui sejumlah kendala. Salah satunya, tidak adanya jembatan timbang yang bisa digunakan untuk mengukur muatan yang diangkut masing-masing kendaraan. Masalah pembangunan jembatan timbang ini juga menurutnya harus mendapat perhatian khusus.

"Sekalipun perangkat hukumnya ada, tapi kalau nggak fasilitas, sulit juga. Jadi kalau ada jembatan timbang, dan muatanya lebih, harus dikurangi sesuai kemampuan jalan. Ini akan mengurangi kerusakan jalan," tegasnya.

Dia juga meminta agar pengusaha-pengusaha sawit mulai berpikir untuk mendirikan pabrik-pabrik pengolahan sendiri.

Dengan adanya pabrik, kendaraan-kendaraan pengangkut sawit tak lagi lalu lalang di jalan umum, seperti yang terjadi selama ini. Selain mengakibatkan kerugian bagi masyarakat, kondisi muatan yang kerap melebihi tonase juga kerap menjadi sorotan karena dianggap bisa membahayakan pengguna jalan.

"Seandainya ada satu pabrik di Tanjung Palas Timur, saya rasa seluruh perusahaan sawit yang ada di Tanjung Palas Timur nggak perlu mengangkut sawitnya sampai ke Sekatak, ke Tanjung Palas Utara lagi kan. Cukup hanya di sana saja," tandasnya.(*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved