Properti
Asyik. . . Kayak Orang Kaya Nih, Tinggal di Apartemen Murah Ini Pergi-Pulang Dijemput Kereta Api
Pembangunan apartemen berbasis TOD ini merupakan solusi untuk menyediakan hunian layak dan terjangkau.
TRIBUNKALTIM.CO -- Bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero), Perum Perumnas mulai membangun proyek hunian berkonsep Transit Oriented Development ( TOD) di Stasiun Pondok Cina, Depok, Senin (2/10/2017).
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan apartemen berbasis TOD ini merupakan solusi untuk menyediakan hunian layak dan terjangkau.
Bahkan, masyarakat mendapat manfaat dengan tinggal di TOD karena bisa menggunakan transportasi publik berupa kereta komuter sehingga waktu perjalanan lebih singkat dibandingkan dengan membawa kendaraan pribadi.
"Kalau tinggal di TOD-TOD ini jadi orang kaya, mau pergi atau pulang dijemput kereta. Konglomerat mana yang punya kereta api, turun (dari unit apartemen) langsung naik kereta?" ujar Basuki saat peresmian TOD Pondok Cina.
Selain itu, kata dia, bepergian dengan kereta sekarang sudah nyaman karena dilengkapi pendingin udara atau air conditioner (AC).
Terlebih lagi, penggunaan transportasi publik juga bermanfaat untuk mengurangi kemacetan di jalan-jalan arteri.
Baca: Apartemen Tipe Studio Digandrungi Gen Milenial, Nih Triknya Ya Agar Ruangan Terasa Lega
Baca: Baru Pindah ke Apartemen akankah Hidup Anda Berubah 180 Derajat?
Baca: Ini Alasan Generasi Milenial Pilih Apartemen Ketimbang Rumah
"Ini bentuk pelayanan masyarakat dari pemerintah untuk bisa beralih ke transportasi publik dengan menyediakan hunian TOD," imbuh Basuki.
Oleh sebab itu, dia mengajak masyarakat untuk mendukung peran Perumnas sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor penyedia perumahan.
Dengan demikian, Perumnas bisa mengembangkan hunian-hunian berkonsep TOD lainnya sesuai perintah Menteri BUMN.
Apartemen TOD Pondok Cina sendiri dibangun 4 menara dengan total 3.693 unit.
Dengan investasi Rp 1,45 triliun, Perumnas mengembangkan apartemen ini di lahan seluas 2,7 hektar milik PT KAI.
Baca: KPK Batal Minta Second Opinion dari IDI tentang Setya Novanto, Ini Sebabnya
Baca: Gemilang! Penampilan PSM Makassar Tekuk Semen Padang
Baca: Tabrakan Bus dan Pajero di Jalan Poros Samarinda-Balikpapan, Begini Kondisi 3 Penumpangnya
Harga per unitnya dibanderol mulai dari Rp 7 juta per meter persegi khusus subsidi.
Sementara untuk non subsidi harganya Rp 16 juta per meter persegi. (Kompas.com/Arimbi Ramadhiani