Stop Gunakan Merkuri, DLH Sarankan Menambang Pakai Sianida

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalimantan Utara juga meminta perusahaan maupun masyarakat yang selama ini menggunakan agar menyetopnya.

TRIBUN KALTIM/MUHAMMAD ARFAN
Kapolres Bulungan AKBP Muhammad Fachry memperlihatkan barang bukti merkuri ke awak media tanggal 23 November lalu. 

Laporan wartawan Tribun Kaltim Muhammad Arfan

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELOR - Karena tergolong logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, pemerintah memberlakukan pelarangan pemakaian merkuri pada semua kegiatan pertambangan utamanya pertambangan rakyat.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalimantan Utara juga meminta perusahaan maupun masyarakat yang selama ini menggunakan agar menyetopnya.

Sebab belum lama ini, Polres Bulungan menyita barang bukti 5 kilogram merkuri dari salah seorang penambang emas di Bulungan.

“Jangankan penggunaannya, produksi merkuri pun sekarang sudah dilarang pemerintah. Indonesia termasuk pengekspor merkuri terbesar di dunia. Merkuri itu berasal dari Ambon. Di Ambon itu sudah dilarang berproduksi,” kata Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Utara, Nurhamdi, saat disua Tribun, Rabu (6/12/2017).

Baca: Johny Tewas di Selokan Gunung Malang, Ternyata Penyebabnya. . .

Ada alternatif lain yang direkomendasikan pemerintah pengganti merkuri. Zat kimia tersebut ialah sianida.

Nurhamdi mengatakan, senyawa sianida lebih mudah dikendalikan bahkan bisa mudah terurai jika didiamkan lama.

“Sianida sifat racunnya bisa hilang. Dia bisa terurai. Kalau merkuri, tidak. Dia di dalam air, tanah, dan udara, tidak bisa terurai,” sebutnya.

Penggunaan merkuri dalam pertambangan akan membawa dampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Merkuri biasa digunakan untuk memisahkan emas dari material lainnya.

Material yang terbuang telah tercampur merkuri akan mencemari lingkungan di sekitarnya.

“Katakanlah kalau terkena langsung, kulit akan terkelupas. Tidak langsungnya, misal apabila di sungai zat kimia itu dimakan plankton, plankton dimakan oleh ikan. Ikannya itu terakumulasi dalamnya mengandung merkuri. Lalu manusia mengonsumsi ikan yang mengandung merkuri. Kita ingat peristiwa di Minamata (Jepang), ya seperti itulah,” katanya.

Baca: Ketua RT/RW Bertepuk Tangan saat Anies Naikkan Dana Operasional dan Tak Perlu Bikin LPJ

Baca: Bayern Sukses Balas Dendam! Inilah Hasil Liga Champions Rabu Dini Hari

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved