Bergidik, Warga Membayangkan Jika Gudang Kepiting Ambruk Kemarin, Puluhan Orang Bisa Tewas!
Pasalnya sehari sebelum ambruknya lantai 2 bangunan tersebut, hampir 20 warga berkumpul di sana.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani |
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Muhammad Fachri Ramadhani
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Bila gudang kepiting itu ambruk pada Kamis (14/12/2017) kemarin, bisa dipastikan aparat keamanan maupun bencana harus menyiapkan puluhan kantung mayat.
Pasalnya sehari sebelum ambruknya lantai 2 bangunan tersebut, hampir 20 warga berkumpul di sana.
Kala itu warga RT melakukan kerja bakti menambal jalan yang berlobang, menggunakan reruntuhan bangunan yang dikerjakan oleh 5 orang pekerja yang jadi korban pada Jumat (15/12/2017).
"Kami warga itu ambil batu reruntuhan tembok dari sana. Banyak mas kemarin orang di sana, namanya warga kerja bakti. Lebih 20 orang, sambil istirahat," kenang Panijan (55) warga RT 25 saat ditemui Tribunkaltim.co.
Baca: Bikin Sarang Walet di Lamaru, Lantai 2 Ambruk, Sang Mandor Tewas Seketika!
Jika mengingat hari kemarin, petani sayur yang punya lahan sekitar 50 meter dari lokasi kejadian itu hanya bisa mengelus dada dan bersyukur dirinya masih diberi kesempatan hidup.
"Untung mas, kalau enggak ya jadi mayat kita," tuturnya sambil menghela nafas panjang.
Ternyata belakangan diketahui, saat bangunan ambruk ia berada tak jauh dari lokasi kejadian.
Saat itu ia berada di lahan kebun sayurannya berjarak sekitar 50 meter.
Tiba-tiba saat asyik bercengkrama dengan sayur-sayurnya, suara hantaman keras disertai teriakan takbir terdengar.
Ia tak menyangka saat menoleh ke arah bangunan yang dulunya gudang kepiting tersebut, luluh lantah rata dengan tanah. Ia pun langsung teriak meminta pertolongan.
"Bruaaak!!! Itu nyaring sekali, mas. Saya lihat, masya Allah, itu ambruk tiba-tiba. Ya, saya teriak minta tolong, warga yang sebagian besar petani langsung datangan," ungkapnya.
Saat berada di dekat reruntuhan, warga bisa mendengar jelas suara orang di dalam meminta pertolongan.
"Allahu akbar, tolong pak, tolong," begitu suara yang terdengar dari dalam reruntuhan saat diperagakan Panijan.