Data Penduduk Miskin di Berau Jadi Acuan Distribusi Elpiji Bersubsidi
Elpiji 3 kilogram, merupakan bahan bakar rumah tangga yang paling sering menghilang dari pasaran.
Laporan wartawan Tribun Kaltim, Geafry Necolsen
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Elpiji 3 kilogram, merupakan bahan bakar rumah tangga yang paling sering menghilang dari pasaran.
Banyak faktor penyebabnya, mulai dari keterlambatan distribusi hingga penggunaan elpiji yang tidak tepat sasaran.
Elpiji bersubsidi mestinya diperuntukkan bagi warga yang kurang mampu.
Realitasnya, kalangan menengah ke atas juga ikut menggunakan elpiji yang bertuliskan ‘Hanya untuk Masyarakat Miskin’ di bagian tabung berwarna hijau ini.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Berau Wiyati membenarkan, adanya warga kelas menengah ke atas yang ikut memanfaatkan elpiji bersubsidi.
Baca: Heboh Isu Pedagang Jualan Bakso Tikus di Balikpapan Selatan, Ini Keterangan Polisi
Baca: Begini Kondisi Terkini Anggota Brimob yang Tembak Pengawal Prabowo
Baca: Unggul dari Tuan Rumah, Manchester City Lolos ke Final Piala Liga Inggris
“Padahal sudah jelas dalam aturan, elpiji 3 kilogram itu untuk masyarakat yang tidak mampu. Kalau dipakai oleh orang yang mampu, berarti jatah masyarakat kurang mampu jadi berkurang,” tegasnya, Rabu (23/1/2018).
Untuk itu, kata Wiyati, pihaknya akan mendorong penyusunan regulasi, agar distribusi elpiji bersubsidi sesuai dengan peruntukkannya.
Salah satunya dengan sinkronisasi jumlah penduduk miskin dengan kebutuhan elpiji.
Disperindagkop tengah melakukan pendataan ke seluruh kecamatan, untuk memastikan masyarakat pengguna elpiji 3 kilogram benar-benar dari kalangan tidak mampu secara ekonomi.
Data tersebut nantinya disinkronkan dengan jumlah pasokan elpiji 3 kilogram dari Pertamina.
Disperindagkop juga meminta agar pangkalan dan pengecer elpiji lebih selektif melayani penjualan elpiji 3 kilogram kepada masyarakat.