Gegara Medsos Dua RT di Kawasan ini Menolak Vaksin Difteri
Menurutnya, hal ini menjadi masalah besar, mengingat pentingnya imunisasi difteri, karena sudah dua warga positif culture difteri.
Penulis: tribunkaltim | Editor: Martinus Wikan
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Upaya pencegahan virus difteri, yang dilakukan Puskemas Teritip, ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Ternyata ada dua Rukun Tetangga (RT) di Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur menolak divaksin difteri.
Meskipun pihak Puskesmas telah melakukan sosialisasi dan penyuluhan di kedua RT, yang memiliki lebih dari seratus warga tersebut.
"Kedua RT merupakan komunitas. Karena itu komunitas sangat banyak, dan kebanyakkan menolak di Imunisasi, padahal kami sudah sosialisasi, melakukan pendekatan sudah datang untuk penyuluhan," keluh Kepala Puskesmas Teritip Sulaiman SKM, kepada Tribun saat dijumpai di ruangannya, Rabu (7/2/2018).
Baca: Kasus Meningkat, Pekan Ini 1.000 Vaksin Difteri untuk Orang Dewasa Didatangkan
Menurutnya, hal ini menjadi masalah besar, mengingat pentingnya imunisasi difteri, karena sudah dua warga positif culture difteri.
"Memang yang menjadi masalah saat ini berkembang di media sosial bahwa vaksin itu mengandung DNA haram, karena itulah yang kami sayangkan. Tapi bagusnya kami masih diizinkan untuk memberikan vaksin, bagi yang lain dari luar yang dua RT tersebut," ujarnya.
Ada sekitar 50 persen murid di komunitas tersebut mau divaksin. Namun, sisanya sekitar 50 persen anak lainnya menolak.
"Kami sudah kerjasama dengan yayasan boleh saja, alasan anak-anak yang tidak mau dilarang oleh orang tua dan gurunya. Dengan inilah ada satu orang yang culture positif difteri, sejak bayi tidak diimunisasi, saat imunisasinya sudah 6 tahun duduk di bangku kelas 1 SD," kata Sulaiman.
Baca: Guru Muda Bagikan Kisah Betapa Peliknya Kehidupan di Pedalaman Papua, Curhatannya Viral
Untuk satu pasiennya langsung divaksin dan kebal, saat ini sudah sembuh. Sosialisasi pun terus dilakukan Puskesmas Teritip, mulai dari pencegahan dan penanganannya.
"Banyak warga lainnya yang datang dengan gejala-gejala difetri. Kalau gejala langsung diperiksa oleh dokter, kalau positif langsung dirujuk ke ruang isolasi," tuturnya.
Sulaiman telah minta dukungan dari kelurahan dan kecamatan untuk terus membantu melakukan sosialisasi kepada warga dan mengenai ada yang menolak atau tidak, itu sudah kepentingannya.
"Pada perinsipnya kami terus memberikan pelayanan, melakukan sosialisasi, dan pendekatan. Bahkan jika seperti ini saya sendiri langsung turun ke lapangan untuk membantu, apalagi status KLB seperti ini, kami terus lakukan penyuluhan," tegas Sulaiman.
Dua Warga Positif Culture Difteri