Pemkab Berau Pastikan HET Elpiji Melon tak Naik
Di tingkat pengecer, harga elpiji bersubsidi ini mencapai Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu, dari Harga Eceran Tertinggi (HET).
Laporan wartawan Tribun Kaltim, Geafry Necolsen
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Gas elpiji 3 kilogram atau biasa disebut elpiji melon kembali mengalami kelangkaan.
Selain langka, harga elpiji melon ini juga mengalami kenaikan.
Di tingkat pengecer, harga elpiji bersubsidi ini mencapai Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu, dari Harga Eceran Tertinggi (HET) hanya Rp 27 ribu.
“Pas lagi masak kehabisan gas, keliling mencari sejak jam 7.00 wita sampai sekarang (11.00 wita), baru nemu, tapi harganya jadi Rp 30 ribu,” kata warga Kecamatan Teluk Bayur bernama Puspita, Selasa (27/2/2018).
Baca: Duh Miris. . . Kekurangan Guru, Ratusan Murid SD Cuma Bermain di Luar Kelas
Sementara pengecer elpiji melon beralasan, naiknya harga elpiji ini disebabkan kekosongan.
“Sudah beberapa hari memang tidak ada, ini (elpiji) sebenarnya buat cadangan sendiri, tapi karena ada orang butuh, saya jual. Harganya memang Rp 30 ribu, karena saya juga tidak tahu, kapan ada pasokan lagi,” ujarnya tanpa mau menyebutkan nama.
Kepala Sub Bagian Bina Perekonomian Berau,Indah Ariani menegaskan, tidak ada kenaikan harga elpiji bersubsidi.
Baca: Nostalgia Wisma Tamu Gunung Pancur, Suasana Asri dan Indah Gubernur Ardans pun Betah Menginap
Apalagi, kata Indah, harga elpiji bersubsidi diatur oleh pemerintah pusat.
“Harga jual gas elpiji 3 kilogram, tetap sesuai HET yakni Rp 20.250 per tabung,” tegasnya.
Meski demikian, Indah mengakui ada selisih harga antara agen dan pangkalan karena ada biaya angkut yang ditanggung oleh pangkalan.
Diterangkannya, HET elpiji melon ditambah biaya angkut juga telah diatur sesuai dengan jarak tempuh dari agen ke pangkalan.
Baca: Dulu Megah, Lihat Sekarang Kondisi Wisma Tamu di Gunung Pancur Milik Pemprov Kaltim