Pipa Minyak Pertamina Patah, Ini Hitungan Banyaknya Minyak Tumpah di Teluk Balikpapan
Putusnya pipa minyak bawah laut milik Pertamina menyebabkan kawasan Teluk Balikpapan tercemar minyak.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Putusnya pipa minyak bawah laut milik Pertamina menyebabkan kawasan Teluk Balikpapan tercemar minyak. Diperkirakan ada 44 ribu barel minyak mentah atau 6.995.441 liter senilai kurang lebih Rp 41,8 miliar (1 barel:67,87 dollar) tumpah ke perairan Balikpapan pada akhir Maret lalu.
Perhitungan sementara ini terungkap saat rapat kunjungan kerja spesifik Komisi VII DPR RI bersama direksi PT Pertamina (Persero) dan jajaran manajeman Pertamina di Balikpapan, Jumat (27/4).
Ketua Tim Kunjungan Kerja Komisi VII Eni Saragih mempertanyakan seberapa banyak minyak mentah yang tumpah akibat putusnya pipa bawah laut dari Terminal Lawe-lawe ke kilang Balikapan. Menurut Eni, perhitungan jumlah minyak yang tumpah akan mempermudah menghitung berapa kerugian negara.
Baca: Perkiraan Awal, Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan Mencapai 44 Ribu Barrel
Budi Santoso Syarif, Direktur Pengolahan PT Pertamina (Persero) menjelaskan, pihaknya telah menemui kesepakatan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, soal berapa perkiraan awal tumpahan minyak tadi. Namun, karena tak mengetahui detail pasti, ia menyerahkan penejasan pada Edy Januari Utama, Manager Enginnering & Development Pertamina RU 5.
Menurut Edy, untuk menghitung jumlah minyak yang tumpah dari pipa bawah laut itu, dilakukan perhitungan berdasarkan perubahan keseimbangan massa dan laju air jumlah minyak dari tanki di terminal Lawe-lawe dan unit Kilang Balikpapan. Dari terminal itu, minyak mentah didorong oleh pompa turbin dengan katup melewati pipa sekitar 4,5 km di dasar Teluk Balikpapan melewati katup kedua di Balikpapan, dan didorong ke unit pengilangan.
"Untuk perkiraan awal yang kami sampaikan ke Dirjen Gakkum Kementerian LHK adalah 44 ribu barel minyak mentah. Kami sudah lakukan nilai perhitungan awal," ujar Edy.
Baca: Melihat Ruang Pusat Kendali Kilang Pertamina, Mau Masuk Sepatu pun Wajib Dilepas
Eni rupanya tak puas dengan penjelasan tersebut. Untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia, peralatan pengiriman dan sistem peringatan dini yang dimiliki perusahaan plat merah ini harus diperbaharui dengan yang lebih canggih, sehingga bisa menutup aliran otomatis jika terjadi kebocoran.
Menanggapi hal tersebut, Budi menjelaskan, sistem pengiriman dua pompa dari Terminal Lawe-lawe ke Balikpapan memiliki sistem proteksi diri sendiri.
"Memang ada sistem pompa berhenti sendiri jika putus, kalau pipa putus ada laju alir yang berlebihan, kita bisa lihat sistem mati sendiri, ada dari speed turbin akan mati dengan sendirinya," jelas Budi.
"Pipa ini putus dalam kedalaman 22 meter, artinya kalau pipa putus tidak ada lajur alir seperti di darat. karena ini ada air, yang harus dilawan tekanan pompa,"sambungnya,
Diketahui, dugaan jangkar MV Ever Judger memutus pipa itu, Jumat (30/3) sekitar pukul 22.05 Wita. Saat itu, memang, lanjut dia ada data yang menyebut adanya perubahan aliran minyak di katup kilang mencapai 100 meter kubik/jam, dibandingkan sisi pengiriman Lawe-lawe yang mencapai 1200 meter kubik/jam.
Ia juga menyebutkan adanya perbedaa dan kenaikan tekanan sebesar 0,8 bar, dari tekanan semula 15 bar. "Dengan adanya perubahan data itu, memang ada pompa yang kurang baik,"ujarnya.
Baca: Imbang Lawan Madura United, Dejan Antonic: Aduuuh, Stress ya . . .