Blak-blakan! Menteri Hanif Dhakiri Beberkan Motif di Balik Kencangnya Isu Tenaga Kerja Asing
Kala itu, Hanif Dhakiri diperhadapkan dengan Wakil Ketua DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono melalui video conference.
Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Syaiful Syafar
TRIBUNKALTIM.CO - Menteri Ketenagakerjaan RI, Muhammad Hanif Dhakiri membeberkan motif di balik berhembusnya isu tenaga kerja asing (TKA) yang masuk ke Indonesia.
Hal ini diungkap pada program "Prime Talk" yang disiarkan MetroTV beberapa waktu lalu.
Kala itu, Hanif Dhakiri diperhadapkan dengan Wakil Ketua DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono melalui video conference.
Baca: Saling Tunjuk, Debat Panas Fadli Zon vs Adian Napitupulu, Siapa yang Pro Asing?
Awalnya, Ferry Juliantono menceritakan alasan di balik partainya menginisiasi Pansus Angket TKA di DPR RI.
Ia menyebut sudah banyak peristiwa di daerah yang menimbulkan potensi konflik atas kehadiran TKA, khususnya dari Tiongkok.
Terlebih lagi TKA yang masuk ke Indonesia, kata Ferry, adalah unskilled labour (tenaga kerja tak terdidik).
"Ada kekhawatiran kalau ini dibiarkan apalagi jumlahnya makin lama makin membesar, maka tingkat disparitas pendapatan yang asing dengan yang lokal jomplang. Itu bisa menimbulkan kecemburuan," katanya.
"Jumlahnya (TKA) yang masuk ke kita (Indonesia) ada yang menggunakan visa wisatawan, tapi mereka mendapat kemudahan-kemudahan untuk bekerja. Kemudian tidak ada kewajiban mereka bisa berbahasa Indonesia. Itulah alasan kenapa kami Gerindra mendorong pansus angket ini," jelas Ferry.
Baca: Daftar Orang Hebat di Balik PT Bintang 8 yang Punya Banyak TKA China, Tak Ada Nama Prabowo Subianto
Sederet alasan ini langsung dibantah oleh menteri Hanif Dhakiri.
"Saya tidak alergi (Pansus TKA), tapi juga tolong jangan mengada-ada karena saya melakukan tracking media juga," jawab Hanif.
Menurut Hanif, isu TKA ini dari dulu sampai sekarang pada dasarnya landai-landai saja.
Rata-rata pemberitaan perbulan hanya berkisar 5-10. Tapi pada saat jelang Pilkada DKI beritanya melejit sampai 300. Begitu pilkada selesai langsung drop, turun. Kemudian kembali ke 5-10 berita perbulan lagi.
"Nah, sekarang tahun politik naik lagi. Saya gak tau itu artinya apa. Tapi maksud saya ini kan isu yang sensitif, jangan sampai ada tendesnsi rasisme, jangan sampai ada tendesnsi yang gak benar itu," katanya dengan lantang.