BERITA CETAK TRIBUN KALTIM
Terapung 1 Jam, Korban Selamat di Danau Toba Peluk Helm
Tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang kehilangan sanak saudaranya.
SAMOSIR, TRIBUN - Tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Senin (18/6) sekitar pukul 17.30 WIB masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang kehilangan sanak saudaranya. Hingga hari kedua pencarian, dari Senin malam hingga Selasa (19/6) pencarian korban hilang belum mendapatkan hasil.
Tidak adanya manifest dan data penumpang kapal menyebabkan jumlah korban tak pasti. Namun kesaksian korban selamat, penumpang minimal 200 orang ditambah motor 100 unit yang disusun berbaris 4 di bagian kiri dan kanan kapal.
Dirjen Kemenhub Budi Setyadi mengatakan, jumlah penumpang sementara yang terdaftar di posko mencapai 128 orang. "Jumlah penumpang sementara yang terdaftar 128 orang, sudah tertolong sampai sekarang 18 selamat, dan 1 meninggal dunia atas nama Tri Suci Wulandari," kata Budi saat ditemui di Posko pengaduan, Selasa (19/6).
Namun hingga Selasa kemarin, keluarga yang datang ke posko pengaduan sudah 150 orang. Kasiops Kantor SAR Medan M Agus Wibisono mengatakan, hingga sore hari belum ada perkembangan lebih lanjut terkait korban tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun. Malah jumlah korban yang melapor kehilangan keluarga tambah banyak.
"Hingga kini sudah ada 150 orang keluarga yang melaporkan kehilangan keluarganya dalam tragedi tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun. Tapi yang jelas, yang real masih 128 orang tadi. Sisanya hingga 150 orang yang melapor ini, masih terus kita selidiki," kata Agus, Selasa (19/6).
Lebih lanjut, Agus dan timnya masih terus mendata jumlah korban dari 128 orang menjadi 150 orang tersebut. Karena hingga kini Basarnas masih menyocokkan data korban hilang di Pelabuhan Simanindo (Samosir) dengan pusat posko pengaduan di Tigaras (Simalungun).
Pencarian korban KM Sinar Bangun masih terus dilakukan, mulai dari penyisiran dan penyelaman. Terkait belum adanya penemuan korban, Agus menduga korban tenggelam dan terjebak di dalam bangkai kapal dan tenggelamnya kapal sangat jauh di kedalaman melebihi 50 meter ke dasar Danau Toba.
"Kesulitan kita masih di Tim SAR yang tidak mampu menyelam di kedalam 50 meter dibawah permukaan air Danau Toba yang sangat dingin. Makanya kita masih menunggu alat untuk menyelam di kedalaman yang didatangkan Basarnas dari pusat," ungkap Agus.
Ia menambahkan, tim elite sudah tiba di Bandara Silangit. Tapi karena kemacetan yang luar biasa sehingga masih tertunda sampai ke lokasi. "Doakan saja semua korban yang masih hilang segera ditemukan," ucap Agus.
Tak salah bila keluarga sangat berharap menemukan minimal jasad kerabatnya. Seperti jeritan nenek yang berdiri di tepi Pelabuhan Tigaras, yang tiba-tiba menangis. Ia terus memanggil anaknya dan cucunya yang ikut dalam peristiwa tersebut.
"Idiaho boruku, idia ho pahopuku. Roma hamu tu son. Bangke muna pe ro ma tuson. (Di mana kau putriku, dimana kau cucuku. Datanglah kalian kemari. Mayat kalian pun, jadilah ditemukan,"ujarnya menjerit di depan Danau Toba Pelabuhan Tigaras Kabupaten Simalungun, Selasa (19/6).
Nenek yang mengenakan selimut ini ditemani anaknya. Ia terus menangis, bahkan saat sedang menelefon. Diketahui, nenek ini menunggu kabar anak, menantu, dan cucunya. "Boasa songoni Tuhan. Tolong pahopukku Tuhan (Kenapa begini Tuhan. Tolonglah cucuku Tuhan),"tambahnya.
Saat menjerit, kerabat memeluknya untuk menahannya agar sabar dan tenang.
Tangisan nenek di pinggir danau ini menjadi perhatian. Tak sedikit warga ikut menangis menyaksikannya.
Peluk Helm
Kapal Sinar Bangun yang melaju dari Simanindo menuju Tigaras terbalik di perairan Danau Toba, Senin sekitar pukul 17.30 WIB. Kapal kayu yang bertujuan membawa wisatawan tersebut mengalami kecelakaan akibat cuaca buruk, ombak besar dan angin kencang.
Juwita, salah satu korban selamat, menangis sambil berselimut mengungkapkan peristiwa ini terjadi lantaran jumlah penumpang melebihi kapasitas kapal. Ia mengatakan, sekitar 200 penumpang yang naik kapal tersebut. Saat angin kencang menghempas, kapal oleng ke kanan. Kemudian ombak tinggi menggoyangkan kapal hingga terbalik. Juwita mencoba menyelamatkan diri dengan memeluk helm agar dapat mengapung.
"Ngeri loh, ngeri. Aku sebenarnya sudah pasrah. Saya selamat, karena kupegang helm. Aku pun udah hampir nggak selamat. Udah pasrah mau mati saja," ujarnya, kemarin malam. Juwita menambahkan, saat kejadian, penumpang berhamburan menceburkan diri ke danau. Bahkan, sambil menangis, Juwita menceritakan, melihat gelimpangan mayat terombang-ambing.