Cukup Operasi 2 Jam untuk Leher Kecetit, Hilangkan Rasa Cekot-cekot Selama 20 Tahun
Nenek Siti Roniah Mindar mengaku sudah 20 tahun menderita leher kecetit, disembuhkan lewat operasi selama dua jam oleh dokter CBSC Surabaya.
TRIBUNKALTIM.CO-- Siti Roniah Mindar (66) warga Gresik (Jatim) mengatakan sudah merasa bahagia. Karena, rasa sakit luar biasa akibat spondylosis cervical atau saraf kejepit di leher yang dialami 20 tahun lamanya itu akhirnya bisa hilang.
“Dua puluh tahun lamanya saya terbelenggu sakit hebat,” kata nenek enam orang cucu yang masih tampak awet muda tersebut.
Pada saat kumat, kata Siti Roniah, dirinya merasa cekot-cekot yang amat sangat di belikat kiri disertai pusing mirip vertigo. Untuk mengatasi rasa sakit itu, ia punya cara yang biasa dilakukan yaitu mengambil sebatang kayu kemudian ditekan-tekankan di area sumber sakit sambil diolesi minyak sebagai penghangat.
“Pada awalnya saya mengira rasa sakit itu cuma sekadar masuk angin. Karena, kalau pas kumat kemudian dikerok permukaan kulit terlihat merah sekali. Tapi saya berusaha bertahan termasuk tidak menceritakan sejujurnya pada anak-anak,” kata pengusaha yang bergerak di bidang perhotelan, restoran serta furniture tersebut.

Ketua Brain and Spine Community (BSC) Surabaya Dr Lilih Dwi Priyanto. M.MT (kiri) mendampingi Ny Susi dan Ibu Siti Roniahdan suaminya, Mindar, dalam memberikan testimonisetelah menjalani operasi leher kecetit, pasca melakukan operasi oleh tim dokter ahli di Comprehensive Brain and Spine Center (CBSC).
Baca: RSUD Tarakan dan CBSC Siapkan Operasi Bedah Mikro Saraf di Kaltara
Baca: VIDEO - CBSC dan 221 Assist Siapkan Pesawat, Helikopter dan Ambulans Air
Baca: Gathering: Nikmati Hidup dengan Otak dan Saraf Sehat
Ia punya pengalaman menyedihkan, ketika mendampingi anak-anaknya sekolah di Australia, ia harus terdiam sendirian di dalam rumah sambil menahan sakit sampai anaknya datang dari sekolah. Kendati sangat tersiksa, namun wanita asal Tulungagung tersebut tak mau berkata jujur kepada anak-anak supaya buah hatinya tidak ikut terbebani.
“Saya tidak ingin apa yang saya rasakan ini menjadi beban bagi mereka. Biarlah penderitaan ini cukup saya saja yang merasakan,” katanya.
Puncak dari penderitaan batin itu terjadi ketika salah seorang akupunturis di Surabaya yang menjadi langganan keluarganya menduga kuat bahwa sakit tersebut akibat sel kanker sudah menyebar di area punggung. Tentu vonis itu membuat dirinya syok. Tapi lagi-lagi ia sama sekali tak menceritakan kepada anak maupun suaminya.
“Yang membuat saya bisa bertahan dan selalu semangat, saya punya prinsip melihat semua persoalan hidup ini secara positif. Jadi meski saya divonis mengidap kanker, tapi saya tidak hanyut dalam kesedihan,” imbuh wanita bertutur kata lembut tersebut.

Baca: 16 Wartawan Jadi Saksi Operasi Saraf Leher Kecetit
Baca: Kasus Bayi Dempet Kepala di Aceh Tantangan bagi Ahli Bedah Saraf Indonesia
Baca: Dua Dokter Bedah Saraf Surabaya Diundang Seminar di Hongkong
Puncaknya karena tak kuasa menahan sakit ditambah fisiknya drop, suatu pagi buta sebelum keluarganya bangun tidur dia berangkat sendirian hanya diantar sopir ke UGD. “Bahkan pengalaman ke UGD itu sampai dua kali,” imbuh pengusaha sukses yang merintis usaha dari nol itu.
Begitu melihat ibunya sering mengalami sakit oleh anak-anaknya dia dibawa ke Singapura untuk dilakukan general check up. Yang membuat ia terkejut sekaligus bahagia, dari hasil rekam kesehatan tersebut diketahui penyebab sakit akibat terjadi kerusakan di tulang leher, bukan dari tumor atau kanker.
“Begitu dinyatakan tidak ada tumor atau kanker, saya baru bisa tertawa lebar. Disana anak-anak baru saya beri tahu bahwa selama ini saya sengaja menutup diri dan tidak menceritakan sakit saya yang sejujurnya,” katanya sambil tertawa geli.
Ketika sudah diketahui penyebab ia segera kembali ke rumah untuk berembug dengan keluarganya mencari dokter yang tepat untuk kesembuhan sakitnya.
Tak lama sepulang dari Singapura dia mendapat informasi dari temannya, seorang perawat, bahwa di Surabaya ada seorang dokter bedah saraf yang ahli menangani sakit seperti yang dia alami. “Begitu saya mendapat informasi, tak menunggu berlama-lama, saya diantar suami menemui dr. Sofyan, yang dimaksud perawat di rumah sakit,” katanya penuh semangat.
Di ruang praktek, dokter Sofyan menjelaskan penyebab nyeri hebat yang sudah menahun itu akibat ada dua ruas tulang batang lehernya mengalami kerusakan. Kerusakan tulang itu kemudian mendesak saraf-saraf penting yang ada di sekitarnya.
