Hingga Sabtu 20 Oktober 2018, Korban Gempa-Tsunami Sulteng 2.113 Orang Tewas dan 1.309 Hilang

BNPB mencatat hingga Sabtu (20/10/2018), gempa bumi dan tsunami di Sulteng mengakibatkan 2.113 orang meninggal 1.309 hilang.

Persiapan kegiatan disinseksi menggunakan Helikopter Mi.8 di Lapangan Helipad Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, 18 Oktober 2018. (Foto: VOA/Yoanes Litha) 

TRIBUNKALTIM.CO,  JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Sabtu (20/10/2018), dampak bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah mengakibatkan sebanyak 2.113 orang meninggal dunia.

Sementara itu sebanyak 1.309 orang dinyatakan hilang, 4.612 orang luka-luka dan 223.751 orang mengungsi di 122 titik.

Sebaran 2.113 orang korban meninggal dunia adalah Kota Palu 1.703 orang, Donggala 171 orang, Sigi 223 orang, Parigi Moutong 15 orang, dan Pasangkayu 1 orang.

Semua korban meninggal dunia telah dimakamkan, baik pemakaman massal maupun pemakanan keluarga.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya mengatakan, dari 2.113 orang korban meninggal dunia, sudah termasuk 1 orang warga Korea Selatan yang meninggal dunia di reruntuhan Hotel Roa-Roa Kota Palu.

Persiapan kegiatan disinseksi menggunakan Helikopter Mi.8 di Lapangan Helipad Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, 18 Oktober 2018. (Foto: VOA/Yoanes Litha)
Persiapan kegiatan disinseksi menggunakan Helikopter Mi.8 di Lapangan Helipad Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, 18 Oktober 2018. (Foto: VOA/Yoanes Litha) ()

DATA KORBAN GEMPA-TSUNAMI:

  • * Meninggal dunia                             : 2.113 orang
  • * Hilang                                                : 1.309 orang
  • * Luka-luka                                          : 4.612 orang
  • * Mengungsi                                       : 223.751 orang

Meskipun evakuasi korban sudah dihentikan secara resmi sejak 12 Oktober 2018, namun hampir setiap hari korban ditemukan oleh petugas dan relawan saat melakukan pembersihan reruntuhan dan puing-puing bangunan atau lingkungan di daerah terdampak bencana.

Baca: Tembakan ke Udara Bubarkan Bentrok Warga Dua Gampong yang Memperebutkan Lahan Kosong

Tak Ada Warga Belanda
Sutopo juga membantah kabar yang memberitakan 2 orang warga Belanda yang juga menjadi korban meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan Hotel Roa-Roa.

"Tim Posko Kementerian Luar Negeri dan Basarnas sudah menelusuri berita tersebut, bahwa berita tersebut tidak benar," kata Sutopo.

Tim SAR gabungan yang dikoordinasikan oleh Basarnas hanya menemukan satu jenazah warga negara asing yaitu warga negara Korea Selatan pada 4 Oktober 2018.

Tidak ada warga negara Belanda. Pencarian korban di Hotel Roa-Roa juga sudah dihentikan sejak 8 Oktober 2018.

Ramna (33) warga Petobo Kota Palu sedang mencuci alat masak di pengungsian. Ia selamat dari bencana likuefaksi setelah dimuntahkan bumi.
Ramna (33) warga Petobo Kota Palu sedang mencuci alat masak di pengungsian. Ia selamat dari bencana likuefaksi setelah dimuntahkan bumi. (KOMPAS.com/ROSYID AZHAR)

"Pembangunan hunian sementara dan tenda-tenda terus dilakukan untuk pengungsi. Begitu juga sarana prasana kebutuhan MCK, air bersih, dan sanitasi dibangun di sekitar tempat pengungsian," ujarnya.

Mendekati musim penghujan kebutuhan huntara dan tenda yang layak untuk pengungsi menurut Sutopo menjadi kebutuhan mendesak.

Kebutuhan mendesak untuk pemenuhan kebutuhan pengungsi dan masyarakat terdampak masih diperlukan hingga saat ini yakni beras, gula, makanan bayi, susu anak, susu ibu hamil, kantong plastic, tenda, selimut (bayi, anak-anak, dewasa).

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved