Kisah Perawat Puskesmas Apung, Pakai Perahu Bertugas ke ke Pedalaman Mahulu
Monica, menjalani profesi sebagai perawat di daerah perkampungan hilir Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu)
Penulis: Budi Susilo | Editor: Januar Alamijaya
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG – Monica, menjalani profesi sebagai perawat di daerah perkampungan hilir Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), Provinsi Kalimantan Timur sudah menjadi pilihan dirinya sendiri.
Pengabdian pada daerah kelahiran menjadi panggilan untuk menjalani profesi perawat di perahu apung yang berfungsi sebagai puskemas ke perkampungan terpencil nan jauh dari pusat ibukota di Ujoh Bilang, Mahulu.
Inilah prinsip hidup yang digeluti wanita kelahiran Datah Bilang, Kecamatan Long Hubng, Kabupaten Mahakam Ulu, yang sudah dua tahun menjadi perawat di Dinas Kesehatan Mahakam Ulu.
Wanita berambut lurus ini bertugas di perahu apung, atau istilah populernya Puskesmas Apung.
Baca: Rizal Effendi Pilih Tingkatkan Status Puskesmas Ketimbang Bangun Rumah Sakit di Balikpapan Timur
Keberadaan perahu apung bagi masyarakat Mahakam Ulu sebagai sarana semacam puskesmas yang mendatangi ke daerah terpencil di hilir seperti ke Kecamatan Long Hubung, Long Pahangai dan Kecamatan Long Apari.
“Yang paling jauh saya pernah dapat tugas ke Kampung Makalibaq yang masuk Kecamatan Long Hubung. Akses kesana sulit, ruas sungainya sempit, harus memakai perahu yang ramping,” ungkapnya kepada Tribunkaltim.co di kantor Dinas Kesehatan Mahulu, di Ujoh Bilang, Selasa (23/10/2018) pagi.
Selain itu tambahnya, medan yang sempit akan menguras tenaga dan waktu. Pernah suatu ketika di perkampungan tidak ada balai desa, maka terpaksa membuat tenda. Segala aktivitas konsultasi dan pengobatan di sebuah tenda. Jika malam tiba, angin berhembus membuat tubuh dingin.
“Sungai disini kadang surut, kadang banyak air. Pas air lagi surut, perahu tidak bisa lewat, kadang ditempuh jalan kaki saja. Airnya tidak ada, perahu tidak bisa jalan,” ujarnya.
Baca: Puskesmas di Balikpapan Tetap Layani Pemberian Vaksin Rubella
Masyarakat perkampungan sangat antusias jika ada kedatangan tim medis puskesmas apung yang menggunakan dua perahu speedboat.
Satu speedboat untuk membawa perlengkapan medis dan logistik, dan perahu satunya lagi berfungsi membawa dokter dan perawat.
“Tugas saya dampingi dokter. Ada pasien yang ditangani kasih perban, atau merawat orang yang sakit, lakukan jahitan bekas luka. Saya banyak membantu dokter, juga membuat laporan kegiatan selama di lapangan,” kata Monica, yang masih berstatus lajang ini.
Baca: 6 Puskesmas Rawat Inap Dipastikan tetap Buka Layanan di Hari H dan H+1 Idul Fitri
Dia nyatakan, selama menjadi perawat yang masuk dalam tim Puskesmas Apung, dirinya merasa tidak terbebani, tiada halangan melewati segala hal rintangan. Kondisi alam dan atmosfir perkampungan di Mahakam Ulu bukan lagi persoalan, mengingat Monica sudah merasa cinta terhadap tanah kelahirannya sendiri.
“Orangtua saya sudah setuju saya jadi perawat termasuk segala risiko harus tinggalkan keluarga jauh. Tidak ada yang berat buat saya, melewati semua alam di Mahulu,” ujar wanita lulusan Sekolah Tinggi Keperawatan di Kota Samarinda ini.
Progam puskesmas apung digulirkan sejak dua tahun lalu, era Bupati Mahulu, Bonifasius Belawan Geh, yang kini keberadaannya sudah memiliki empat armada speedboat yang semua pembiayaan diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah