5 Fakta Terkini soal Pembantaian Pekerja di Papua; Zona Merah KKB hingga Ancam Warga Sipil

Namun, Kombes Ahmad menuturkan ada patroli di sepanjang pekerjaan pembangunan.

KOMPAS.COM/ISTIMEWA
Helikopter milik TNI yang digunakan untuk mengevakuasi para korban pekerja di Nduga, Papua. 

TRIBUNKALTIM.CO - Hari Minggu, (2/12/2018) menjadi hari yang mencekam bagi pekerja PT Istaka Karya di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Sebanyak 28 pekerja PT Istana Karya yang menggarap proyek Jembatan Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua menjadi korban pembantaian, pada Minggu (2/12/2018).

Mereka dibantai oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di bawah komando Egianus Kogoya

1. Bekerja tanpa pihak keamanan
Dilansir TribunWow.com dari Kompas.com, terhitung sejak 1 Januari 2017, PT Istana Karya telah memulai membangun proyek jembatan ruas Jalan Trans Papua.

Namun, tak ada permintaan dari PT Istana Karya yang meminta pihak keamanan untuk melakukan pengawalan terhadap para pekerja yang melaksanakan pembangunan.

Hal itu diungkap Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal.

Namun, Kombes Ahmad menuturkan ada patroli di sepanjang pekerjaan pembangunan.

“Kalau pengawalan melekat tidak ada permintaan. Namun, selama ini ada anggota yang melakukan patroli di sepanjang pekerjaan pembangunan Jalan Trans Papua,” kata Kamal, Jumat (7/12/2018).

Hal yang sama juga diungkap oleh Wakapendam XVII/Cendrawasih Letkol Inf. Dax Sianturi, bahwa memang tak ada pengawalan khusus pada pekerja PT Istana Karya.

Meski bergitu, Sianturi mengatakan pekerja ketika masuk lokasi pembangunan harus melapor di pos TNI jaga yang letaknya Distrik Yigi, Kabupaten Nduga.

“Jadi, semua karyawan yang masuk ke lokasi pembangunan, harus melapor ke Pos TNI di Mbua. Hal itu dilakukan, agar bisa mengetahui siapa saja yang masuk ke lokasi pembangunan. Untuk anggota yang melekat, tidak ada,” katanya, belum lama ini.

2. Lokasi pembantaian merupakan zona merah

Bukit Kabo di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua yang menjadi lokasi pembantaian ternyata merupakan zona rampasan oleh KKB, dilansir dari Kompas.com.

Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan awalnya lokasi itu merupakan daerah yang aman.

Hingga kelompok separatis Egianus Kogoya bersama pengikutnya merebut distrik tersebut menjadi daerah yang rawan dari keamanan.

Apalagi Egianus Kogoya bersama pengikutnya pindah ke Distrik Yigi karena terdesak kejaran TNI-Polri dari Distrik Kenyam, Nduga.

"(Kepindahan Egianus dan kelompoknya) karena dikejar pasukan TNI-Polri dari Kenyam, Kabupaten Nduga sehingga lokasi insiden penembakan adalah zona merah," ujar Iqbal, melalui keterangan tertulis, Kamis (6/12/2018).

Sumber: TribunWow.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved