Ada Kata 'Begal', Puisi Fadli Zon Dinilai Bak Pepatah Menepuk Air di Dulang Tepercik Muka Sendiri

Pengamat politik Karyono Wibowo mengibaratkan puisi Fadli Zon "Doa yang Ditukar" bagai menepuk air di dulang terpercik muka sendiri.

Editor: Doan Pardede
Kolase Tribunnews & Twitter @fadlizon
Puisi berjudul Doa yang Ditukar jadi Sorotan, Fadli Zon Bantah Sindir KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) 

Ada Kata 'Begal', Puisi Fadli Zon Dinilai Bak Pepatah Menepuk Air di Dulang Tepercik Muka Sendiri

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Hingga saat ini, Puisi Fadli Zon 'Doa Yang Ditukar'  tampaknya benar-benar menjadi polemik.

Pengamat politik yang juga Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengibaratkan puisi buatan Fadli Zon yang berjudul "Doa yang Ditukar" bagai menepuk air di dulang terpercik muka sendiri.

Hal itu disebutnya karena puisi tersebut malah membuat malu Fadli Zon.

"Saya bilang puisinya begitu karena ada kata-kata begal, kau begal. Selama ini yang biasa membegal itu siapa?" kata Karyono dalam diskusi bertajuk 'Politik Dajjal? Begal Doa Kiai', Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (12/2/2019).

Raisa Dikabarkan Melahirkan, Foto Buah Hati Beredar, Terungkap Jenis Kelamin Bayinya

"Nah kalau kita runut setelah doanya Mbah Maimun kemudian beredar video yang dipenggal-penggal, yang membegal doanya Mbah Maimun itu siapa," imbuhnya.

Dalam tahun politik seperti saat ini, Karyono melihat puisi Wakil Ketua DPR itu sebagai bentuk kapitalisasi doa.

Itu dilakukan guna mendapatkan simpati publik demi kepentingan elektoral dalam pemilu.

"Jadi kita lihat kenapa Fadli Zon atau repsons dari kubu penantang Pak Jokowi yang tega mengkapitalisiasi doa atau istilahnya membegal doa ulama karismatik yang sangat disegani itu karena didorong oleh syahwat politik, syahwat kekuasaan yang terlalu besar," tegasnya.

Selain itu, Karyono melihat diksi-diksi dalam puisi tersebut mengandung makna politis.

"Menurut saya puisi (Fadli Zon) ini jujur saya katakan puisi yang sangat jelek, kurang bagus. Nilai seninya juga datar, diksi-diksi narasi yang digunakan juga sangat jauh (kualitasnya) kalau dibandingkan dengam puisi Goenawan Mohamad atau dengam Kahlil Gibran. Itu antara bumi dan langit," tuturnya.

"Makanya saya ambil kesimpulan puisinya Fadli Zon lebih banyak pakai kata politis bukan puitis," pungkasnya.

Dikutip dari Wikipedia, Goenawan Mohamad disebut sebagai seorang sastrawan Indonesia terkemuka.

Dia memperoleh sejumlah penghargaan seperti di tahun 2006, Goenawan dapat anugerah sastra Dan David Prize, bersama esais dan pejuang kemerdekaan Polandia, Adam Michnik, dan musikus Amerika, Yo-yo-Ma.

Tahun 2005 ia bersama wartawan Joesoef Ishak dapat Wertheim Award.

Laga Ajax Amsterdam vs Real Madrid, Pemain Ajax Sukacita Lawan Tim Terbaik di Dunia

Ani Yudhoyono Sakit Sempat Ucap Terima Kasih pada 10 Nama Ini, Tak Ada Nama Prabowo

Ada Banyak Fitur, Pelamar P3K/PPPK 2019 Diimbau Tak Gunakan HP saat Daftar, Ini Panduan Lengkapnya

Terungkap di Sidang Lanjutan Kasus RPU Balikpapan, Saksi Lihat Tumpukan Uang di Meja

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved