Mantan Preman dan Pemabuk Ini Akhirnya jadi Petani Sukses, Berubah saat Ingat Uang Sekolah Anak

Dulunya, Bagas Suratman sering mabuk-mabukan dan gemar berjudi. Ia juga bekerja di sejumlah bidang, tetapi akhirnya selalu dipecat.

Editor: Doan Pardede
(KOMPAS.com/ FARID ASSIFA)
Bagas Suratman (tiga dari kanan) foto bersama dengan Rektor Universitas Merdeka Prof Dr Anwar Sanusi SE MSi (berdasi) dan anak muda inspiratif lainnya dalam acara roadshow BBC Get Inspired di Kampus Universitas Merdeka Malang, Kamis (4/2/2019). 

TRIBUNKALTIM.CO - Bagas Suratman, warga Tangerang, Banten, tak menyangka dirinya bisa menjadi petani sukses.

Sebelumnya, Bagas memiliki kehidupan yang pahit. Ia pernah bekerja sebagai porter di bandara, kondektur, hingga menjadi preman.

Bahkan, ia mengaku dulu sering mabuk-mabukan dan gemar berjudi. Ia juga bekerja di sejumlah bidang, tetapi akhirnya selalu dipecat.

"Saya juga sudah menjalani banyak pekerjaan. Namun, ending-nya enggak enak. Selalu dipecat," kata Bagas di depan peserta roadshow BBC Get Inspired di Kampus Universitas Merdeka Malang, Jawa Timur, Kamis (14/2/2019).

VIDEO - Detik-detik Aksi Pencurian Kotak Amal Masjid di Samarinda

Soal Kepemilikan Lahan Prabowo Subianto, Wapres JK: Saya yang Kasih Itu

Titik balik perubahan hidup Suratman terjadi melalui perenungan.

Pria tiga anak itu kerap memperhatikan anak-anaknya beranjak dewasa dan tentu saja membutuhkan biaya untuk pendidikan. 

"Dari melihat anak itulah saya mulai sadar bahwa saya harus berubah, apalagi anak-anak sudah mulai dewasa dan membutuhkan biaya pendidikan," ujar Bagas di sela-sela waktu istirahat sebelum presentasi di acara tersebut.

Pria yang kini berusia 38 tahun itu kemudian berpikir bagaimana bisa mendapatkan mata pencarian yang layak.

Dia ingin membahagiakan keluarga dan orangtuanya.

Akhirnya, ia memutuskan untuk bertani. Ide itu muncul setelah ia sering melihat seorang petani begitu ulet dan telaten menyiram sayur.

"Saya waktu pulang kerja sebagai porter di bandara (Bandara Soekarno-Hatta) naik angkot karena waktu itu jarang ada motor. Saya sering melihat dia begitu ulet menyiram sayur. Saya jadi tertarik," katanya.

Bagas kemudian belajar bertani sayur secara otodidak, yakni melihat bagaimana orang bertani sayur.

Ia mengaku memang berasal dari keluarga petani.

Thailand dan Vietnam Lolos ke Semifinal Piala AFF U-22, Timnas U-22 Indonesia Hadapi Malaysia Besok

Sidang Dugaan Korupsi RPU Balikpapan, KPK Sodorkan Tiga Saksi Ahli

Namun, dulu ia enggan meneruskan pekerjaan orangtuanya dengan alasan gengsi.

"Waktu itu saya tidak mau jadi petani karena gengsi. Menjadi petani itu enggak keren," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved