Hellboy Remake Tuai Kritikan Pecinta Film di Balikpapan, Gegara Dianggap Banyak Sensor
Namun ketatnya sensor yang diberikan oleh lembaga sensor film membuat beberapa adegan pun harus dipotong.
Penulis: Jino Prayudi Kartono |
TRIBUN KALTIM.CO, BALIKPAPAN - Di tahun 2004 silam, superhero berdarah iblis yaitu Hellboy muncul di layar lebar.
Pada waktu itu sutradara Guillermo Del Toro berhasil mengantarkan Hellboy ke puncak box office.
Lima belas tahun berselang Neil Marshall mendapatkan kepercayaan untuk meremake tokoh superhero ikonik itu.
• Sinopsis Drama Korea 100 Days My Prince Tayang Jumat 12 April, Putra Mahkota Dilarang Pergi
• Hotel Mumbai dan Hellboy Tayang Perdana di Boskop Hari Ini, Pet Sematary & Shazam! Masih Main
• TRIBUN WIKI - Tiga Penjual Bakmi Jogja di Balikpapan yang Recomended, Gurih dan Nikmat!
Tentunya Hellboy versi Del Toro dan Marshall berbeda. Bahkan rating yang dipakai pun berbeda.
Versi Del Toro memiliki rating PG 13 yang bisa ditonton oleh anak-anak hingga remaja. Sementara versi Marshall menggunakan rating 17+.
Adegan berdarah dan sadis menjadi jualan utama di Hellboy versi remake ini.
Namun ketatnya sensor yang diberikan oleh lembaga sensor film membuat beberapa adegan pun harus dipotong.
Bagi para penonton di Kota Balikpapan khususnya dewasa sangat kecewa terhadap sensor yang berlebihan ini.
Bahkan ini diungkapkan oleh para penggemar film superhero di Kota Balikpapan. Salah satunya Asroer ini.
Pria satu ini pun sudah menonton film ini di bioskop beberapa waktu lalu.
Menurutnya terlalu banyak sensor itu mengganggu kenikmatannya dalam menyimak film Hellboy besutan Neil Marshall ini.
Bahkan ketika adegan perkelahian antara Hellboy dengan musuh-musuhnya berlangsung.
Tensi ketegangan yang dirasakan langsung turun ketika pas musuhnya Hellboy mati tanpa tahu pasti caranya dibunuh.
"Jelas (sensor) berpengaruh. Bayangkan di setiap adegan aksi tiba-tiba langsung mati musuhnya, bagaimana cara matinya kita tidak tahu," ucapnya melalui pesan WhatsApp, Jumat (12/4/2019). Bahkan jika dibandingkan ia lebih menyukai versi tahun 2004. Selain itu ia berharap di film ini dibagi dua rating seperti yang ada di Singapura. "Berharapnya sih dibikin dua versi. Versi pg-13 sama versi 21+ kayak di bioskop Singapura," ucapnya.
• Satu per Satu Fakta Mulai Terkuak, Kini Tagar #AudreyJugaBersalah Trending Topic di Twitter
• Update Kasus Mutiasi Guru Honorer - Pelaku Ditangkap, Bagian Tubuh Korban Ditemukan di Sungai
• Bisa Pre-Order 12 April di Indonesia, Ini Harga Huawei P30 dan P30 Pro Plus Spesifikasinya
Selain itu ia merasa menyayangkan terhadap lemahnya pengawasan bioskop untuk memfilter film ber rating dewasa. Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengerti tentang rating yang diberikan di sebuah film.