Kebakaran Pasar Jamaker

Lebih Rp1 Miliar Uang Berputar di Pasar Jamaker

Sementara dari perdagangan tradisional seharinya perputaran uang mencapai Rp 700 juta - Rp 800 juta.

TRIBUN KALTIM / NIKO RURU
Staf Ahli KSAD, Mayjen TNI H Dicky Wainal Usman SIP MSI, Minggu (23/11/2014) mengunjungi warga korban kebakaran Pasar Jamaker, Kecamatan Nunukan. 
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Sebagai pusat perekonomian terbesar di Pulau Nunukan, perputaran uang di Pasar Jamaker bisa mencapai miliaran rupiah setiap harinya. (Baca juga: Ayam Jutaan Dibawa Kabur Saat Kebakaran)
Ketua RT 03, Kelurahan Nunukan Barat, Suardi M Saleh mengungkapkan, dari aktivitas pengangkutan penumpang speed boat rute Nunukan-Sebuku dan Nunukan-Sebakis serta pembongkaran ikan dan sayur-sayuran di dermaga saja, setiap harinya transaksi bisa mencapai Rp200 juta- Rp300 juta. (Baca juga: Cuma Satu Dus Jualan Saya Yang Selamat)
Sementara dari perdagangan tradisional di pasar ikan, pasar sayur, kios pakaian, sembako maupun toko kelontong, seharinya perputaran uang mencapai Rp 700 juta - Rp 800 juta. “Kita tahu persis di Pasar Jamaker ini pusat ekonomi terbesar di Pulau Nunukan,” ujarnya.
Letaknya yang strategis di Pulau Nunukan menyebabkan pusat perekonomian di atas air itu lebih ramai dibandingkan pusat perbelanjaan lainnya di Pulau Nunukan.
Karena perputaran uang yang begitu besar di kawasan itupula, ribuan warga RT 03, Kelurahan Nunukan Barat, Kecamatan Nunukan pemilik rumah maupun kios korban kebakaran Pasar Jamaker, masih berfikir untuk direlokasi ke Pasar Induk, Jalan TVRI, Kecamatan Nunukan.
Bupati Nunukan, Basri mengatakan, para pemilik usaha yang menjadi korban kebakaran Pasar Jamaker rencananya ditempatkan di sekitar Pasar Induk.
“Yang jelas semuanya di sana kita usahakan ke sini. Jadi di sini menjadi pusat pasar tradisional,” ujarnya.
Pasar itu akan ditangani Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Nunukan.
“Supaya lebih gampang  kalau kita bantu,” ujarnya. Saat ini pembangunan kios-kios sedang berjalan. “Ini sudah mulai dikerjakan karena cuma penunjukan langsung,” katanya.
Suardi mengatakan, warganya belum menentukan sikap, apakah akan pindah ke pasar induk atau tidak? Dia memperkirakan, banyak masyarakat yang lebih menghendaki pembukaan pusat ekonomi baru di lahan eks-kabakaran Liem Hie Djung yang letaknya hanya bersebelahan dari lokasi kebakaran saat ini.
“Sementara lahan kami terbakar, kami mau jaga juga barang-barang kami.  Kalau Pemda membuat pasar yang dekat di sini, itu yang kami terima. Harapan masyarakat tetap di sini,” ujarnya.
Dia sudah memperhitungkan, relokasi ek kawasan Pasar Induk akan menyulitkan warga mengembangkan ekonomi.
“Nanti di sana mau jual apa? Bagaimana mau bangun dermaga?” ujarnya. 
Sambil menunggu sikap Pemerintah Kabupaten Nunukan selanjutnya, warga korban kebakaran sudah mulai berusaha. Dengan membuka lapak-lapak sederhana, para pedagang ikan, daging dan sayur-sayuran serta sembako sudah mulai berjualan, Minggu (23/11/2014) sekitar 10 meter di lokasi kebakaran. Pasar yang berada di areal tenda pengungsian mandiri warga RT 03 itu sudah mulai ramai dikunjungi warga.
Dia mengatakan, warga harus memulai berusaha karena hampir semua pemilik usaha di Pasar Jamaker memiliki kredit di Bank.
“Semua ada pinjaman. Kalau kita cuma di posko, duduk-duduk menunggu, bagaimana mau bayar kredit?” ujarnya.
Tak hanya pasar, dengan memanfaatkan jembatan sisa-sisa kebakaran, aktivitas pengangkutan di dermaga sederhana itu sudah mulai berjalan.
Diakui, sejak beroperasi kemarin aktivitas pengangkutan penumpang maupun bongkar muat ikan dan sayuran belum seramai saat Pasar Jamaker belum terbakar. Suardi mengungkapkan, biasanya dari Nunukan tujuan Sebuku sehari bisa mencapai 50-60 penumpang. Sementara tujuan Sebakis mencapai 40-50 penumpang.
“Ini sudah dua hari masih sepi. Ke Sebakis baru 8 penumpang, Sebuku 12 saja kemarin. Karena mereka belum tahu di sini.  Bongkar kapal nelayan sudah jalan,” ujarnya.
Pembukaan dermaga sementara ini mempertimbangkan, speed boat dan perahu kecil tidak mungkin bersandar bersamaan dengan speed boat besar di Dermaga Pos Lintas Batas Laut (PLBL) Liem Hie Djung.
Untuk menghidupkan pusat ekonomi sementara yang dibangun mereka dua hari belakangan ini, Suardi menilai keberadaan dermaga sangat penting.
“Apalagi bongkar muat ikan dan sayuran dari Sebakis, Mantikas, itu harus dekat pasar,” ujarnya. Karena pentingnya dermaga dimaksud, pihaknya berupaya secara swadaya sambil menunggu bantuan untuk membangun dermaga sementara yang lebih bagus.
“Kami bukan membangun pelabuhan, tetapi dermaga saja,” ujarnya.
Harapan warga inipun mendapatkan respon dari Staf Ahli KSAD,  Mayjen TNI H Dicky Wainal Usman SIP MSI. Mantan Pangdam VI/Mulawarman yang kebetulan usai meninjau warga di perbatasan Republik Indonesia-Malaysia itu, Minggu (23/11/2014) menyempatkan mengunjungi warga.
Setelah berdiskusi dengan warga, Dicky menyerahkan uang tunai untuk membantu pembangunan dermaga dimaksud.
“Dermaga kita masih kekurangan (dana). Bantuan beliau akan kita gunakan untuk membangun dermaga,” kata Suardi dihadapan ratusan warga yang menyambut kedatangan bakal calon Gubernur Kalimantan Utara itu.
Dihadapan para warga, Dicky mengaku sangat prihatin sehingga hatinya tergerak. “Pagi ini saya menyerahkan dana kepada Pak RT untuk memulai membangun dermaga. Kalau ada kesulitan lapor melalui Pak Syafar. Saya sangat prihatin dengan musibah di Pasar Jamaker,” ujarnya.
Tak hanya membantu uang tunai, Dicky yang mengaku tergerak hatinya melihat korban kebakaran ini mendirikan posko yang akan terus membantu menyuplai kebutuhan makan dan minum warga setempat.
“Kalau ada kesulitan sampaikan terus. Jangan takut. Hentikan menangis. Jangan menangis, penuh semangat. Itu yang penting. Saya bangga dengan kalian,” ujarnya.
Soal aktivitas perekonomian yang mulai berjalan itu, Bupati Nunukan memastikan secara bertahap akan membenahi hal itu. “Itu kan mereka masih bingung segala macam kan?” ujarnya.
Dia yakin, setelah lapak-lapak berdiri di sekitar Pasar Induk, warga korban kebakaran akan pindah sesuai arahan Pemerintah.
“Mudah-mudahan tidak ada provokator,” katanya menegaskan.
Seperti diberitakan sebelumnya, Suardi bersama 244 kepala keluarga (KK)-kemungkinan bisa bertambah menjadi 250 KK atau 1.250 jiwa itu, memilih membangun usaha di sekitar lokasi kebakaran. Sekitar 600 jiwa diantaranya memilih tinggal di tenda darurat posko mandiri yang mereka bangun.
Hanya sekitar 100 warga khususnya dari RT 26 yang memilih menempati tenda di Posko Tanggap Darurat Bencana Kebakaran Pasar Jamaker, Liem Hie Djung, yang didirikan Pemerintah Kabupaten Nunukan.
Padahal menurut data Pemerintah Kabupaten Nunukan, sekitar 600 kepala keluarga atau 3.105 jiwa kehilangan 543 bangunan tempat tinggal dan tempat usaha pada kebakaran yang terjadi di kawasan Pasar Jamaker, Kecamatan Nunukan, Kamis (20/11/2014) lalu.
“Walaupun disampaikan Pemerintah kalau tidak pindah ke sana tidak ada bantuan, kami tetap di sini sementara.  Kami tidak butuh uang Pemerintah, yang penting kasih kami support,” ujar Suardi.
Dicky pada kesempatan itu menyesalkan keputusan Pemerintah Kabupaten Nunukan yang mendirikan posko tanggap darurat maupun berencana merelokasi ke Pasar Induk, tanpa mengajak warga berbicara.
“Harus kita fasilitasi masyarakat, mana yang terdekat? Kita harus banyak menyelesaikan dengan dialog. Panggil RT, Lurah, semua nanti mencair. Cari jalan solusi yang terbaik,” ujarnya.
Ia menyayangkan karena Pemerintah Kabupaten Nunukan justru memberikan opsi, jika ada warga yang tidak mau pindah, tidak mendapatkan bantuan.
“Ini wawasan mencermati masalah krisis kadang kita salah. Ini hati rakyat ini, kita fasilitasi, kita dorong, kita bantu. Nanti ada jalan keluar. RT dipanggil, diajak bicara. Tetapi Pak RT tidak perlu khawatir.  Ini manusia bukan kardus.  Saya sebagai jenderal tahu mana yang baik, mana yang tidak baik,” ujarnya.
Dia mengapresiasi warga korban kebakaran yang masih tetap semangat berusaha, meskipun baru saja kehilangan harta benda.
“Ini semangat kerja hebat itu. Kalau tidak, habis terbakar pingsan dia,” ujarnya.
Dia mengatakan, saat menghadapi musibah harusnya pemimpin mengobati hati rakyatnya. Saat terjadinya kebakaran, mereka kehilangan pekerjaan sehingga penderitaan ini harus diobati.
“Jadi sementara biar di sini. Ini kebakaran, semua hancur penghidupan orang. Saya sangat empati dengan masyarakat, ini mereka harus diorangkan, difahamkan, itu pelan-pelan. Kita harus tahu teori masalah sosial. Suatu masalah, petaka, suatu kebakaran besar itu jaga hati masyarakat. Hati itu satu pengorbanan yang luar biasa,” ujarnya.
Dengan mampu menjaga hati rakyat, tentu tidak akan ditemui masalah baru. “Terutama yang terbakar semuanya hilang. Ini mungkin tidak ada asuransi. Mereka harus dari awal.  Itu  jalan terbaik, biarkan masyarakat sekarang berusaha. Dia punya penghidupan. Mereka punya anak, anaknya sekolah, ini yang harus kita pikirkan. Apalagi punya tunggakan kredit,” ujarnya. (*)
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved