Garam dan Jeruk Nipis Kurangi Resiko Keracunan Ikan
Dia menyebutkan, ikan yang digoreng ataupun dibakar memiliki resiko yang lebih tinggi meningkatkan kadar histamin.
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Mencampurkan garam, kunyit dan asam atau jeruk nipis dapat mengurangi resiko keracunan saat mengolah ikan pelagis atau ikan permukaan seperti ikan ketombong, ikan layang dan ikan tongkol.
Ikan pelagis mengandung protein yang tinggi yang disebut histagin.
Histagin yang terkontaminasi tangan manusia terurai menjadi histamin yang dapat menjadi racun pada manusia, jika kadarnya telah mencapai 50 miligram per 100 gram ikan. (Baca juga: Paska Sekeluarga Keracunan Ikan Olahan, Warga Diminta Lebih Waspada)
“Garam, kunyit dan asam atau jeruk nipis berfungsi sebagai penetral bakteri,” kata Patriani, Kepala Seksi Pengolahan Pemasaran Perikanan dan Kelembagaan pada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nunukan, Senin (20/4/2015).
Dia menyebutkan, ikan yang digoreng ataupun dibakar memiliki resiko yang lebih tinggi meningkatkan kadar histamin.
“Jadi sebaiknya ikan diolah dengan cara direbus atau dikukus. Dia bisa menurunkan kadar histamin. Kalau dibakar lebih tinggi kadar histaminnya,” ujarnya. (Baca juga: Ratusan Ikan Hiu Mendekati Pantai Gaza Usai Larangan Melaut oleh Israel)
Diingatkannya, sebelum memasak seluruh isi perut ikan harus dibersihkan.
“Cuci sebersih-bersihnya dengan air bersih. Hindari air hujan,” ujarnya.
Untuk menghindari keracunan pada ikan olahan, tak cukup hanya pada pengolahannya saja.
Saat membeli ikan, warga disarankan memilih yang masih menggunakan es.
“Pembeli harus pintar memilih ikan yang baik, segar. Ciri-cirinya dilihat matanya, ikan segar cembung matanya, warna jernih, tidak kusam, insang merahnya segar,” ujarnya.
Selain itu, lendir ikan jernih di insang, sisik masih menempel kuat ditubuh. Daging ikan berwarna terang, kokoh, tidak keras dan tidak lembek. (Baca juga: Ikan Bawal Raksasa 300 Kilogram Akhirnya Dibuang ke Laut)
“Daging ikan kalau dipencet, kalau dia elastis berarti masih segar. Kalau ditekan tangan meninggalkan bekas berarti sudah mengalami kemunduran mutu,” ujarnya.
Selain itu, nelayan atau pembudidaya ikan juga harus terus menggunakan rantai dingin atau selalu menggunakan es batu saat menangkap ikan.
“Terus penjual pada saat mengangkut ikan asal jangan lempar, perlakukan ikan dengan baik,” katanya.
Patriani mengatakan, sesuai fungsinya, Dinas Kelautan dan Perikanan melaksanakan penyuluhan, pembinaan dan pengawasan. Sehingga pihaknya terus mengintensifkan penyuluhan kepada nelayan, pembudidaya ikan, pemasar dan masyarakat sebagai konsumen.
“Terutama konsumen harus pintar memilih ikan segar untuk dikonsumsi,” ujarnya. (*)