Peneliti Uji Coba Vaksin Malaria Menggunakan Virus Simpanse
Sejumlah percobaan vaksin yang berbeda menunjukkan hasil yang lebih maju dan berhasil dengan baik ketika diuji coba terhadap anak-anak.
TRIBUNKALTIM.CO – Penyakit malaria masih sering dijumpai di daerah tropis dan subtropis, termasuk wilayah Indonesia. Hampir setiap tahun angka penderita malaria terus bertambah. Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria membunuh satu anak setiap 30 detik.
Baru-baru ini, uji coba terhadap vaksin 'virus' malaria untuk menangkal jenis parasit paling berbahaya yang menjadi penyebab penyakit ini menunjukkan beberapa hasil awal yang positif.
Vaksin yang dikembangkan Universitas Oxford Inggris, menunjukkan efektivitas mencapai 67% ketika diuji coba yang dilakukan terhadap 121 laki-laki di Kenya, demikian seperti dilansir dari BBC Indonesia, Jumat (8/5/2015).
Hasil yang menggembirakan para peneliti ini telah dicatat sebagai dua vaksin malaria yang ditemukan selama 20 tahun penelitian.
Sejumlah percobaan vaksin yang berbeda menunjukkan hasil yang lebih maju dan berhasil dengan baik ketika diuji coba terhadap anak-anak. BACA juga: Pemkab Canangkan Eliminasi Malaria Paling Lambat 2017

Peta penyebaran penyakit Malaria. (Foto: tanyadok.com)
Data menyebutkan sekitar 1.300 anak-anak di wilayah gurun Sahara Afrika meninggal setiap hari akibat virus malaria.
Para ilmuwan berupaya mencari vaksin untuk melindungi orang yang paling berisiko terkena penyakit ini.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO menyebutkan kasus Malaria mencapai 198 juta pada 2013 dan sekitar 584.000 kematian berhubungan dengan penyakit itu.
Para peneliti membutuhkan waktu lebih dari dua dekade untuk mendapatkan perkembangan dalam riset, karena sifat parasit yang menular ke manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.
Malaria disebabkan oleh empat virus, tetapi belum diketahui apakah vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dapat melindungi semua parasit Plasmodium falciparum atau hanya satu saja.
Vektor virus
Dalam uji coba di Oxford para ilmuwan menggunakan dua virus – salah satunya merupakan virus simpanse – untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar memproduksi sel-sel yang dapat melawan malaria.
Vaksin ini merupakan tipe baru yang dikembangkan dari "vektor virus" untuk melawan parasit dalam hati, seperti dipublikasikan di jurnal Science Translational Medicine.
Peneiliti memeriksa partisipan setiap delapan minggu dan menemukan vaksin ini telah mengurangi risiko malaria pada duapertiga dari mereka.

Anak-anak paling rentan terkena penyakit Malaria. (Foto: tanyadok.com)
Profesor Adrian Hill, Direktur Jenner Institute di University of Oxford, mengatakan: "Tingkat kemanjuran yang besar dalam uji coba lapangan pertama, mendorong upaya pengujian lebih lanjut pada anak-anak dan bayi yang paling membutuhkan vaksin malaria."
Tetapi dalam penelitian tersebut ditemukan tingkat penularan malaria menjadi "tiba-tiba rendah" selama masa percobaan vaksin, sehingga sulit untuk mengetahui kinerja vaksin jika risiko malaria sangat tinggi.