Ramadhanku
Pernah Dijatuhi Bom Tapi Masjid Al Ula Tetap Berdiri Hingga Kini
Sebagai masjid tertua di Kota Balikpapan, Majid Jami' Al Ula yang berdiri kokoh di Jalan Jenderal Suprapto No 1 Kelurahan Baru Ulu.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Sebagai masjid tertua di Kota Balikpapan, Majid Jami' Al Ula yang berdiri kokoh di Jalan Jenderal Suprapto No 1 Kelurahan Baru Ulu, Balikpapan Barat, Kalimantan Timur merupakan pelopor berdirinya bangunan masjid-masjid di Balikpapan.
Sayangnya, sejarah berdirinya Masjid Jami' Al Ula tidak ada yang banyak mengetahui.
Menurut H Aswat, Sekretaris Masjid Al Ula, masjid sudah ada sejak Pemerintahan Kolonial Belanda. Saat itu masih berupa bangunan surau (mushala).
Masjid Jami' Al -Ula berada di perkampungan tua Kampung Baru, dimana kampung tersebut merupakan pusat perdagangan Kota Balikpapan tempo dulu.
Banyak pedagang dan saudagar yang berasal dari luar daerah datang ke Balikpapan untuk berdagang menggunakan kapal Pinisi.
Baca: Masjid Peninggalan Sultan Masih Kokoh walau Sudah Ratusan Tahun
Sebagai bangunan tua, Masjid Jami' Al Ula memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Masjid ini saat Perang Dunia II tahun 1941 -1945, pesawat Inggris mengincar basis pertahanan Jepang dan menjatuhkan bom persis di sebelah bangunan Masjid Al Ula. Namun anehnya, bom tersebut tidak meledak.
"Keistimewaan lainnya tahun 1948 pernah terjadi kebakaran besar melanda Kampung Baru, namun atas kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa, api tidak mampu menjangkau bangunan masjid meskipun bangunan tersebut berdempetan dengan rumah warga," ungkap Aswat.
Pada tahun 1965 saat terjadi pemberontakan PKI dan merembet hingga ke Kota Balikpapan simpatisan paham komunis menyerang dan membakar setiap rumah warga dan masjid.
Lagi lagi Masjid Jami' Al Ula tetap kokoh dan tidak terbakar. Bahkan saat warga mengungsikan barang-barang ke halaman masjid justru barang warga ikut terbakar sedangkan masjid tidak terbakar.
Baca: Ubin Masjid Peninggalan Sultan Bulungan Ini Hadiah dari Belanda
Begitu pula pada 1984 terjadi kembakaran yang sangat besar dan menghanguskan ribuan rumah di dua kelurahan yaitu Kelurahan Baru Ulu dan Kelurahan Baru Tengah, namun masjid ini tetap kokoh dan tidak terbakar.
Berbagai keistimewaan yang dimiliki Masjid Jami' Al Ula inilah yang menjadikan masjid tertua di Balikpapan tetap kokoh berdiri hingga sekarang.
Kini, Masjid Jami Al Ula sedang tahap renovasi menambah empat menara di setiap sudut.
Sepintas Masjid Jami Al Ula layaknya masjid modern umumnya, namun siapa sangka masjid ini sudah berdiri sejak masa penjajahan pemerintah kolonial Belanda.
Banyak yang menyebut bahwa masjid ini berdiri sejak 1890-an. Sejarah panjang yang dimilikinya sebagai saksi sejarah perkembangan kampung bernama Balikpapan yang menjelma menjadi kota maju di Kalimantan.
Aswat menuturkan, awalnya masjid ini hanyalah sebuah surau (mushala) kecil dengan bentuk bangunan berupa dinding dan lantai kayu, beratap daun Nipah serta bertiang kayu ulin.
Masjid ini dibangun para saudagar yang berlabuh di Kampung Baru. Mereka berdagang berbagai keperluan masyarakat kala itu disamping syiar Islam di bumi Borneo.
Para pedagang tersebut berasal dari berbagai daerah, seperti Sulawesi, Banjarmasin, Penajam dan tempat -tempat lainnya. Kala itu, Kampung Baru tidak memiliki tempat untuk shalat sehingga para saudagar bersepakat membangun surau.
Kemudian dipilihlah tempat di pinggir pantai untuk mendirikan surau yang kini lebih dikenal dengan nama Masjid Jami' Al Ula.
Renovasi terakhir Masjid Jami' Al Ula dilakukan pada 2014 dengan penambahan empat menara baru yang dibangun di setiap sudut.
Pembuatan plafon, tempat wudhu, menambah ketinggian menara induk setinggi tujuh meter, dan pelapisan untuk dinding masjid dengan granit.
Sayangnya, serangkaian renovasi tersebut, tak ada lagi sejarah yang tertinggal dari bangunan lama, meskipun dokumentasi atau berupa fisik dari bangunan lama berkonstruksi kayu itu.
Bahkan pilar masjid lama yang kini buat sebagai tiang pancang untuk menara induk yang tersisa pada renovasi terakhir sudah tidak ada lagi. (*)