PPDB Online
Dianggap Mahal, Sekolah Swasta Sepi Peminat
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online tahun ini tidak mampu menampung seluruh siswa lulusan SD dan SMP di Balikpapan.
Penulis: tribunkaltim |
Laporan wartawan Tribun Kaltim, Anjas Pratama dan Cornel Dimas
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online tahun ini tidak mampu menampung seluruh siswa lulusan SD dan SMP di Balikpapan.
Sedikitnya 6.760 siswa harus rela melanjutkan sekolah swasta. Tingginya biaya sekolah membuat para orangtua siswa menghindari masuk sekolah swasta.
Mengantisipasi hal tersebut, Pemkot Balikpapan memutuskan pemberian bantuan subsidi senilai Rp 8, 3 miliar untuk meringankan biaya siswa yang masuk sekolah swasta.
"Awalnya bantuan tersebut Rp 8, 9 miliar. Namun, setelah kami kaji, jika tetap seperti itu maka hanya 61,03 persen siswa yang masuk sekolah negeri. Saat itu rombel (rombongan belajar hanya 36 per kelas). Akhirnya setelah kami koordinasi dengan DPRD dan Pemkot, kami putuskan dana bantuan sekolah swasta turun menjadi Rp 8,3 miliar. Pasalnya persentase siswa yang masuk sekolah negeri 66,88 persen," jelas Ganung Pratikno, Panitia PPDB Online Disdik Balikpapan, Rabu (1/7/2015).
Hal senada disampaikan oleh Ketua PPDB Online Balikpapan Purnomo saat ditemui di ruang kerjanya.
Baca: Wah, Ada 6.760 Siswa tak Masuk Sekolah Negeri
"Totalnya memang seperti itu, sekitar Rp 4 miliar untuk siswa SMA dan sekitar Rp 3 miliar siswa SMP. Mekanisme penyaluran dana bantuan nanti kami atur. Intinya sekolah swasta harus melaporkan jumlah siswa yang diterima, kemudian baru kami anggarkan," katanya.
Salah satu orangtua siswa, Rahmadi merasa bantuan itu tetap tidak membuat peminat sekolah swasta melonjak, karena dinilai masih kecil, dan terkesan dipaksakan.
"Jika harus memilih, mending saya tidak dapat bantuan, daripada masuk sekolah swasta. Saya baru baca ada sekitar 6.760 siswa yang tak masuk negeri. Bisa dibayangkan bagaimana capeknya mereka, sudah harus antre di PPDB online, akhirnya tidak bisa masuk negeri. Pasti swasta mahal," katanya.
Inneke juga turut berkomentar akan hal tersebut. Saat ditemui di SMAN 1 Balikpapan, dia mengaku keberatan jika harus menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta.
"Mahal itu tergantung sekolahnya. Ada sekolah swasta yang uang gedungnya Rp 7 juta. Mungkin juga ada yang puluhan. Tetapi itu berbanding lurus dengan kualitas. Sementara ada sekolah swasta yang tidak mengharuskan pembayaran uang gedung, dan kualitasnya jadi pertanyaan," katanya.
Jadi Rebutan
Kurangnya kuota sekolah negeri menampung siswa baru berbanding terbalik dengan sekolah swasta yang malah kelebihan kuota. Sementara jumlah siswa yang akan melamar dipastikan tidak sebesar kuota swasta. Jumlah siswa yang melamar SMA/SMK swasta tahun ini mencapai 3.071, sementara daya tampung 4.535 siswa. Berarti ada 1.464 kursi sekolah swasta yang tidak akan diisi siswa baru.
"Memang nanti akan seperti itu. Konsekuensinya sekolah swasta harus banyak berbenah diri, jika ingin diminati para siswa baru. Kalau tidak, ya akan kehilangan kuota siswa," ucap Purnomo.
Baca: Penambahan Kuota Penerimaan Siswa Kerap Disalahgunakan