Tiga Hal Ini Penyebab Utama Krisis Ekonomi Bukan karena Kinerja Jokowi-JK

"Mana yang paling tertekan? Ya, Sumatera dan Kalimantan, karena di sinilah letaknya komoditas tambang dan perkebunan," ujar Mirza

(TRIBUNKALTIM.CO/DOMU D AMBARITA)
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara (kedua dari kiri) saat memaparkan kondisi perekonomian nasional yang tertekan situasi internasional. Bank Indonesia mengisiasi rapat koordinasi bersama pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta pengusaha se-Kalimantan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin dan Selasa (10-11/8/2015). (TRIBUNKALTIM.CO/DOMU D AMBARITA) 

“Semua harga komoditas turun sejak 2012, bahkan sekarang harga barubara turun, mungkin di bawah 50 dolar untuk kualitas tertentu,” ujarnya. Harga CPO dari posisi berjaya 1.200 dollar AS per metrik ton, kini hanya sektiar 551 dollar AS.

"Fenomena ini menunjukkan tidak ada kaitannya dengan politik. Jadi kalau kita kait-kaitkan dengan politik (dalam negeri), tidak ada, memang kondisinya begitu," ujar Mirza.

Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi China

Faktor kedua adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi China/Tiongkok. Perekonomian China, titik tertinggi 2007. Pertumbuhan ekonomi China 12 persen, India 9-10 persen. “Dan pembeli besar komoditas batu bara dan CPO Indonesa adalan China dan India," katanya.

TRIBUNKALTIM.CO/NIKO RURU -
caption: Perkebunan sawit di Kabupaten Nunukan

 BACA JUGA: 6 Pabrik Kelapa Sawit Penuhi Kebutuhan Listrik di Pedalaman

Ekonomi China terlalu panas, kemudian menjadi terlalu banyak polusi, yang memicu protes dari anak muda. Harga tanah pun terlalu cepat naik, pasangan muda protes karena tidak mampu membeli rumah, sehingga pemerintah sengaja melimbatkan pertumbuhan ekonomi.

Mungkin terasa aneh. Kok pertumbuhan perekonomian diperlambat."Memang begitu. Analoginya seperi mobil yang melaju terlalu kencang, kemudian disengaja dilambatkan.”

Pertumbuhan diperlambat, terus dan sekarang menjadi 7 persen. Pemerintah China berusaha menstabilkan perlambatan pada level antara 7 - 7,5 persen.

Korelasi perekonomian China sangat tinggi dengan Indonesia. Jika perekonomian China turun 1 persen, itu berarti menyurutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 0,3 - 0,4 persen. Bahkan ketika serapan komoditas ekspor Indonesia tinggi ke China, korelasinya lebih besar lagi. Satu persen pertumbuhan ekonomi China berdampak bagus sebesar 0,6 persen pada peningkatan perekeonomian Indonesia.

Ini terjadi karena China pengimpor terbanyak produk-produk dari Nusantara.

China dan India adalah dua negara penyerap terbanyak komoditas ekspor dari Indonesia. Sebanyak 50 - 70 persen dari total ekspor adalah komoditas dan manufaktur. Volume ekspor itu didominasi komoditas CPO dan batu bara.

“Jadi mana yang paling terekan? Ya, Sumatera dan Kalimantan, karena di sinilah letaknya komoditas tambang dan perkebunan," kata Mirza.

Mirza menandaskan, “Jadi tampak sekali, yang mengalami perlambantan ekonomi adalah Kalimantan dan Sumatera.”

Ketika perekonomian di Kalimantan dan Sumatera melemah, sedangkan di Pulau Jawa, Bali, Sulawesi dan Papua masih tumbuh, meskipun tidak tinggi.

Kurs Dollar Amerika Semakin Perkasa

Satu faktor lagi adalah, ketidakpastian akan suku bunga dan pertumbuhan ekonomi Amerika, yang membuat gejolak dunia terutama yang berpengaruh pada pertumbuhan di negara berkembang.

"Apa yang menjadi suku bunga Amerika berpengaruh terhadap Indonesia."

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved