Tiga Hal Ini Penyebab Utama Krisis Ekonomi Bukan karena Kinerja Jokowi-JK

"Mana yang paling tertekan? Ya, Sumatera dan Kalimantan, karena di sinilah letaknya komoditas tambang dan perkebunan," ujar Mirza

(TRIBUNKALTIM.CO/DOMU D AMBARITA)
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara (kedua dari kiri) saat memaparkan kondisi perekonomian nasional yang tertekan situasi internasional. Bank Indonesia mengisiasi rapat koordinasi bersama pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta pengusaha se-Kalimantan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin dan Selasa (10-11/8/2015). (TRIBUNKALTIM.CO/DOMU D AMBARITA) 

TRIBUNKALTIM.CO -  Kalangan pengusaha kini tertekan akibat krisis perekonomian global. Pebisnis pada sektor pertambangan dan perkebunan paling menderita dalam situasi ini. Umumnya mereka berusaha di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Ratusan perusahaan tambang pun terpaksa tutup. Apa saja penyebab krisis ekonomi ini?

"Mana yang paling tertekan? Ya, Sumatera dan Kalimantan, karena di sinilah letaknya komoditas tambang dan perkebunan," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara saat berdiskusi dengan sejumlah wartawan senior dan pemimpin redaksi media massa di Hotel Gran Senyiur Balikpapan, Kalimantan Timur.

Mirza memaparkan gambaran perekonomian nasional yang melesu tertekan kondisi melambatnya perekonomian global. Mantan analis pasar uang dan pasar modal itu menjelaskan, saat harga ekspor komoditas pertambangan dan perkebunan bagus, orang-orang dari Sumatera dan Kalimantan menikmati hasilnya.

Mereka kaya raya, sehingga mampu menyekolahkan atau menguliahkan anak-anaknya ke lembaga pendidikan di Pulau Jawa. Lalu, orang-orang di Jawa pun turut menikmati uang yang dibelanjakan para pelajar/mahasiswa tersebut. Itu dalam situasi menggembirakan.

Situasi mengkhawatirkan kini datang. Krisis ekonomi global menerpa hampir semua bangsa di dunia. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Slamet Brotosiswoyo mengatakan, hingga Agustus 2015, kurang lebih 125 perusahaan tutup operasional. Karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja mencapai 5.000 orang.

BACA JUGA: 125 Perusahaan Tambang Batu Bara Bangkrut, 5.000 Korban PHK

TRIBUNKALTIM.CO/GEAFRY NECOLSEN - Kegiatan penambangan batubara di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Menurut Mirza ada tiga penyebab utama merosotnya perekonomian internasional.

Ketiga faktor itu, semuanya dari eksternal, menjadi ‘perusak’ utama perekonomian nasional. Ketiga hal itu adalah harga komoditas perkebunan dan tambang merosot di pasaran internasional; perlambatan ekonomi Tiongkok/China, dan penguatan mata uang dollar Amerika Serikat terhadap mata uang semua negara, kecuali Swiss Franc.

Krisis yang menghunjam jantung perekonomian, pada tahun pertama Kabinet Kerja, bukan karena sentimen politik.

“Kondisi ekonomi seperti saat ini nothing to do dengan politik. Tidak ada kaitannya dengan kondisi politik dalam negeri,” kata Mirza. Kondisi ini tidak terkait langsung dengan kinerja Kabinet Kerja yang dipimpin Presiden Jokowi - Wakil Presiden Jusuf Kalla.

BACA JUGA: Harga Lesu, 13 Perusahaan Tambang Batu Bara Tutup


TRIBUN KALTIM/MUHAMMAD ARFAN -
Ponton berisi batu bara melintas di wilayah perairan Tarakan, beberapa waktu lalu.

Harga Komoditas Perkebunan dan Pertambangan Merosot

Padahal ekspor Indonesia lebih banyak komoditas tambang seperti batu bara dan minyak sawit mentah (CPO). Harga batu bara misalnya dari semua 150 dollar AS, kini di bawah 50 dollar, CPO semua 1.200 dollar AS, sekarang jauh 551 dollar AS.

Harga komoditas ekspor asal Indonesia berjaya antara tahun 2003 - 2007. Saat itu, harga batu bara, minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil/CPO), karet dan nikel bagus seklai.

Namun harga ekspor jatuh 2008-2009 saat krisis yang dipicu macetnya kredit pemilikan rumah, subprime mortgage yang melanda Amerika. Ketika itu pertumbuhan Amerika negatif, disusul negara-negara di Eropa.

Harga batu bara akhirnya turun ke posisi 60 US dollar per metrik ton, kemudian naik ke 140 sampai 150 US dollar per metrik ton. Harga CPO pun naik kemudian turun, karet turun juga.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved