Narkoba
Janda Ini Bangun Kerangkeng untuk Anaknya yang Kecanduan Narkoba
Kehabisan akal, seorang janda terpaksa membuat kerangkeng seharga Rp 32 juta di rumahnya agar anaknya tidak bisa keluar rumah membeli narkoba.
SEORANG janda yang yang putus asa terpaksa membangun sebuah kerangkeng besi untuk mengamankan putranya, 17, yang kecanduan narkoba. Ia terpaksa membangun kerangkeng itu, karena semua pusat rehabilitasi menolak menerima perawatan bagi anaknya.
Wanita, yang tinggal di kota Rockhampton pesisir Queensland, menghabiskan lebih dari $ 3.000 (sekitar Rp 42 juta) untuk membangun kerangkeng di rumah. Pintu, jendela dan jeruji rumah itu terbuat dari logam, dengan harapan anaknya tidak keluar rumah untuk membeli narkoba.

Setelah membangun kerangkeng itu, si ibu berkonsultasi polisi. Polisi mengatakan bahwa tindakan si ibu bisa dikatagorikan sebuah pelanggaran karena menempatkan akanya di dalam kerangkeng. Si ibu bisa dikenai tuduhan perampasan kemerdekaan, demikian laproan The Morning Bulletin di Rockhampton.
Tapi dia berargumentasi bahwa dirinya juga tidak senang menempatkan anaknya di kerangkeng, tetapi sudah setahun ini semua pusat rehabilitasi menolak menampung anaknya. Wanita itu mengatakan dia dibangun karena ia sudah kehabisan akal, setelah bertahun-tahun berjuang untuk melepaskan anaknya dari kecanduan narkoba.
"Anda tahu anak saya akan berakhir mati, atau bakal menyakiti dirinya sendiri atau orang lain. Saya hanya orang meminta satu pertolongan saja, dan kenyataannya tidak ada orang mau membantu kami, "katanya.
Anak remaja telah berubah menjadi pecandu obat, setelah serangkaian tragedi keluarga, pertama minum alkohol, merokok ganja kemudian dan akhirnya beralih ke metamfetamin. Wanita itu mengatakan anaknya telah mencoba bunuh diri lebih dari selusin kali dan ini telah memerintah dia keluar dari rehabilitasi.
"Saya sudah berkali-kali menelepon setiap pusat rehabilitasi di Australia. Tetapi tak ada yang mau menerima, karena anak saya sudah terlalu sering mencoba bunuh diri. Orang-orang tidak melihatnya sebagai anak yang sakit, dia sakit membutuhkan dukungan mental dan perawatan." tuturnya.
"Mereka seperti tidak pernah punya anak. Tak tahu dimana hati nurami mereka. Ini bukan hanya menyangkut anak saya saja; karena masih begitu banyak anak di Rockhampton dengan kecanduan. Dari rumah yang buruk dan rumah yang baik, semuanya mengalami hal yang sama." (priyo suwarno)