Liputan Khusus

Perubahan Hidup Mansyur Dari Pedagang Keliling ke Pasar Malam

Saat ini, barang jualannya sudah berlipat. Berjualan di pasar malam Sangatta, lapak pakaiannya termasuk yang terbesar.

TRIBUN KALTIM / MARGARET SARITA
Pasar malam di Kutim. Lapak Mansyur yang menjual pakaian untuk beragam tingkatan usia, pria maupun wanita di bagian ujung pasar malam yang memiliki sekitar 25 pedagang produk campuran 

Laporan wartawan Tribun Kaltim, Margaret Sarita

TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Berdagang di pasar malam lebih menjanjikan. Setidaknya itulah ungkapan Mansyur, salah satu pedagang pasar malam di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur.

Ia mulai mengikuti keramaian pasar malam yang berpindah-pindah di seputaran kecamatan Sangatta, Bengalon hingga Muara Wahau, sejak tahun 2000 lalu.

Saat ini, barang jualannya sudah berlipat. Berjualan di pasar malam Sangatta, lapak pakaiannya termasuk yang terbesar.

Tak sulit mencari lapak Mansyur di antara sekitar 25 lapak pedagang lainnya. Karena posisinya berada di bagian ujung dan dekat dengan arena permainan anak, rumah balon yang juga miliknya.

Pada lapak tersebut, berjajar pakaian segala usia, ukuran maupun model. Kaos, jaket, kemeja hingga celana jeans tersedia untuk anak-anak, remaja, pria dewasa dan wanita.(baca juga: Kisah Saryono Dulu Supervisor Perusahaan Kayu, Kini Dagang Sayur )

Harganya pun sudah dipasang di antara gantungan pakaian. Sehingga memudahkan si pembeli untuk mengetahui
harga pakaian yang diinginkan. Mulai Rp 15.000 hingga ratusan ribu.

“Dulu, saya mulai berdagang dari menjadi pedagang keliling di Samarinda. Sekitar tahun 1995. Bawa tas besar berisi sepatu dari satu rumah ke rumah lainnya. Kemudian bawa celana serta daster. Kalau ada keramaian, seperti acara bazaar atau pameran, saya ikut buka lapak. Sembarang saja saya jajakan. Ada sepatu, pakaian, sandal atau ikat
pinggang. Tahun 2000, saya mulai ikut ke arena pasar malam. Di situ saya memilih berjualan pakaian. Sampai akhirnya tiba di Sangatta dan ikut bergabung di pasar malam sangatta,” beber Mansyur. (baca juga: Inilah Sejarah Pasar Malam Kota Tepian )

Saat ini, ia sudah menetap di Sangatta. Dengan modal sekitar Rp 100 jutaan, ia membuka lapak pakaian beraneka model dan usia di Pasar Malam Sangatta. “Kebetulan, saya juga dapat kepercayaan dari agen pakaian di Samarinda untuk dijual ke Sangatta. Setiap dua pekan sekali, saya setor uang dari pakaian yang laku. Kalau modal seluruhnya, sekitar Rp 100 jutaan. Tapi tidak semua pakaian sudah dibayar. Ada yang masih utang,” ungkapnya.

Ia pun tak ragu memberi potongan harga meski sudah menempelkan harga yang cukup terjangkau di setiap kelompok pakaian yang dijajakan. Apalagi untuk pembelian dalam jumlah banyak, harga yang dicantumkan di pakaian bukan harga pasti. Karena si pembeli bisa menawar lagi.

Meski sudah memiliki lapak yang cukup besar, Mansyur berniat memiliki toko pakaian sendiri. Hanya saja, harga sewa ruko di kawasan Sangatta cukup mahal, sehingga ia memilih untuk memutar modal dagangannya lebih dulu, ketimbang investasi di sebuah ruko.

“Cita-cita ada. Kalau toko, kita bisa buka dari pagi hingga malam. Kalau pasar malam seperti sekarang, ya malam saja. Hanya sampai jam 10 malam. Tapi, belum cukup modalnya. Lebih baik diputar dulu,” ujarnya.

Selain menjajakan pakaian, pedagangan pasar malam di Sangatta juga menjajakan aksesoris, perias wajah, tas dan sepatu. (baca juga: Walau Masih Muda, Arif Tidak Malu Jualan di Pasar Malam )

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved