Liputan Khusus

Tolong Jangan Digusur, Budiman Menggantungkan Hidupnya Pada Pasar Malam

Budiman mengaku sudah setahun lamanya berjualan pakaian di pasar malam setelah tak lagi bekerja di sebuah perusahaan kayu di kawasan Barong Tongkok.

TRIBUN KALTIM / RUDY FIRMANTO
Budiman (45) bersama lapak jualan pakaianya di Pasar Malam Km 25 Poros Balikpapan-Samarinda, Sabtu (12/9/2015).‎ 

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Rudy Firmanto

TRIBUNKALTIM.CO, BAIKPAPAN - Matahari mulai menuju sisi barat, sinar terangnya secara perlahan mulai redup, bila sebagian orang hal ini menandakan untuk kembali ke rumah setelah seharian bekerja mencari nafkah, tidak bagi Budiman lelaki usia 45 tahun warga Jalan Soekarno Hatta Km 15 ini akan memulai aktifitasnya.

Dari rumahnya, ia menyiapkan beberapa kotak berukuran 30x40 cm dan batangan pipa paralon yang diikat jadi satu sudah siap untuk dibawa.

"Tunggu mobil jemputan, nanti baru berangkat," katanya. Berselang 10 menit sebuah mobil pick up berhenti di depan rumah, dengan sigap Budiman memindahkan kotak-kotak berisi pakaian ke atas kendaraan.

Selanjutnya Budiman pun ikut naik di bak belakang mobil dengan beberapa orang lainnya. Kurang lebih 30 menit perjalanan sampai Jalan Soekarno Hatta km 23 merupakan lokasi berjualan Budiman saat akhir pekan atau malam Minggu.

Budiman merupakan satu dari puluhan pedagang yang menggantungkan rezeki dengan keberadaan pasar malam. Setiap malam dalam satu pekan selalu berpindah-pindah tempat sesuai jadwal yang sudah disepakati.

Budiman mengaku sudah setahun lamanya berjualan pakaian di pasar malam setelah tak lagi bekerja di sebuah perusahaan kayu di kawasan Barong Tongkok.

"Setelah lebaran tahun lalu saya dagang berarti kalau tahun ini lebaran sudah selesai berarti setahun," katanya sambil tersenyum. (baca juga: Kisah Saryono Dulu Supervisor Perusahaan Kayu, Kini Dagang Sayur )

Pada awalnya Budiman tak membayangkan harus berjualan pakaian untuk mencari nafkah, tetapi untuk terus membiayai istri dan ketiga anaknya, pilihan berjualan di pasar malam Budiman jalani.

Pilihannya saat itu kalau tidak jual pakaian atau makanan, tetapi setelah dipikir akhirnya pilih Jual pakaian.

"Tidak terpikirkan, awalnya malu juga nawarin jualan ke orang karena tidak biasa, tapi lama kelamaan sudah tak canggung lagi," ujarnya.

Pilihan untuk berjualan di pasar malam bermula saat sejak kecil biasa datang di pasar malam. Jadi bukan hal baru buat Budiman menjajakan dagangannya di pasar malam.

Selain itu biaya iuran yang dikeluarkan juga relatif murah. Sekali berdagang dikenakan tarif Rp 5 ribu permalam.

"Kalau di pasar, biaya kios saya tidak sanggup, kalau disini kan biaya lebih murah bayar Rp 5 ribu semalam, jadi masih terjangkau pedagang seperti kita ini," katanya.

Budiman (45) bersama lapak jualan pakaianya di Pasar Malam Km 25 Poros Balikpapan-Samarinda, Sabtu (12/9/2015).‎

Barang dagangan yang dijajakan Budiman pun relatif murah mulai harga Rp 20 Ribu hingga yang paling mahal Rp 75 ribu untuk satu potong jaket.

Mengenai perekonomian yang sedang turun ternyata juga dirasakan oleh Budiman, biasanya dalam seminggu dapat peroleh omzet hingga Rp 2 juta perminggu, saat ini untuk dapat Rp 1 juta sudah termasuk lumayan.

"Sepi sekali tahun ini, tak jarang tiap jualan tidak ada pembeli satupun," ujarnya.

Bila membandingkan penghasilannya bekerja di perusahaan kayu sebelumnya dengan saat ini menjadi pedagang pakaian, diakui sangat jauh menurun. Tetapi Budiman mensyukuri semua kondisi yang dijalani saat ini.

"Ambil positifnya saja, kalau sekarang walaupun kecil tapi setiap hari bisa kumpul dengan keluarga dirumah," katanya.

Mengenai status pasar malam yang tak memiliki izin oleh pemerintah dan dapat sewaktu-waktu ditertibkan Budiman mengaku tak paham.

Ia berharap Pemerintah tak melarang sebab bagi pedagang dengan modal kecil seperti dirinya keberadaan pasar malam sangat berarti.

"Saya berharap bisa terus ada pasar malam sebab biaya yang dikeluarkan lebih terjangkau kita pedagang dengan modal kecil yang tak bisa sewa kios," katanya.

Ditambah lagi situasi perekonomian yang sedang turun, jangan sampai kebijakan dari pemerintah malah membuat masyarakat semakin sulit mencari nafkah.

"Seperti sekarang, walaupun barang yang kita jual murah, tetapi kalau orang tak punya kerjaan dan penghasilan, tetap saja tak sanggup untuk membeli," pungkasnya. (*)

*** UPDATE berita eksklusif, terkini, unik dan menarik dari Kalimantan.

Like fan page fb TribunKaltim.co 

dan follow twitter  @tribunkaltim 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved