Kolom Rehat
Dari Perang Dunia hingga Misi ke Mars
Nyawa manusia begitu penting karena nyawa itu (hanya) berasal dari Tuhan. Dan karena itu menghilangkan nyawa manusia merupakan salah satu dosa
Oleh: ARIF ER RACHMAN
MATT Damon memang beruntung, sekaligus bikin repot banyak orang. Tak kurang dari institusi militer Amerika Serikat dan NASA (Lembaga Antariksa AS) pernah mengerahkan segala sumber daya untuk menyelamatkannya.
Petinggi militer AS menugaskan Kapten John Miller merekrut tujuh prajurit terbaik untuk bersamanya mencari Matt Damon di tengah kecamuk Perang Dunia II di Eropa. Sementara Direktur NASA kalang-kabut dan terpaksa minta pertolongan Lembaga Antariksa Tiongkok untuk menjemput Matt Damon yang tertinggal di planet Mars.
Tentu saja itu semua hanya terjadi pada karakter yang diperankan aktor kelahiran Boston yang 8 Oktober lalu tepat berusia 45 tahun tersebut.
Yang pertama adalah karakternya sebagai prajurit rendah (private) James F Ryan dalam film Saving Private Ryan yang berhasil membuat Steven Spielberg meraih piala Oscar keduanya sebagai sutradara di ajang Academy Award 1999.
Dan kedua adalah karakternya sebagai Mark Watney dalam film terbarunya The Martian besutan Ridley Scott yang di Indonesia dirilis 30 September lalu, beberapa hari lebih dulu dibanding AS (2 Oktober).
Saya nonton The Martian dua pekan lalu sedangkan Saving Private Ryan entah sudah berapa kali saya tonton, dan bahkan sudah pernah saya tulis dalam kolom serupa 'Rehat' ini sekitar 16 tahun lalu.
Selain sama-sama dibintangi Matt Damon, Saving Private Ryan (1998) dan The Martian (2015) memiliki banyak kesamaan, terutama pada tema utama: meyelamatkan nyawa manusia meski pun hanya satu orang.
Mengapa menyelamatkan nyawa manusia menjadi begitu penting, walau terkadang harus dengan risiko bisa kehilangan lebih banyak nyawa seperti dalam kedua film tersebut?
Mengerahkan 8 prajurit, termasuk yang berpangkat kapten dan sersan, untuk mencari seorang prajurit berpangkat terendah di antara desingan peluru yang kapan saja bisa menembus kepala rasanya memang tidak masuk akal.
Begitu juga dengan mengirim kembali misi antarikasa senilai puluhan juta dollar AS untuk menjemput seorang astronot yang tertinggal dan bahkan telah diumumkan telah meninggal.
Ryan dipanggap jenderal di markas besar Angkatan Darat AS perlu diselamatkan karena tiga orang saudaranya diketahui telah meninggal dalam perang yang sama dan sang jenderal tidak dapat membayangkan kesedihan sang ibu dari empat bersaudara itu jika harus kehilangan semua putranya.
Sedangkan si astronot perlu diselamatkan karena ia memang memiliki hak untuk hidup dan manusia tidak boleh membiarkan manusia lain mati padahal ia punya kemungkinan untuk bisa diselamatkan.