Arsitektur

Tinggalkan Reklamasi, Saatnya Hidup di Atas Air

Sudah banyak proyek pembangunan berkaitan dengan hal itu, mulai dari perumahan di atas Sungai Thames, London, hingga kota amphibi di China.

Kota Amphibi merupakan salah satu proyek bangunan di atas air milik Negeri Tirai Bambu. 

Pada tahun 2012, Alex de Rijke dari firma arsitektur London, dRMM memanggil seluruh arsitek untuk melihat upaya Belanda sebagai solusi menangani krisis perumahan di Inggris.

"Di Inggris, kami tidak kekurangan air dan hujan tetapi kami kekurangan rumah dan lahan untuk membangun," kata Alex.

Sejak saat itu, firma arsitektur Inggris lainnya mengajukan permohonan untuk bisa mereplika rumah mengapung di Amsterdam guna dikembangkan di kanal-kanal air Inggris.

Carl Turner, arsitek asal London percaya bahwa ribuan rumah dan tempat bekerja bisa dibangun di sepanjang aliran air tak terpakai di Inggris.

Carl juga mengatakan bahwa membuat bangunan mengapung bukanlah isapan jempol belaka dan bukan hanya karena isu perubahan iklim.

Firma arsitektur London lainnya, yakni Baca Architects bahkan telah menyelesaikan pembangunan rumah amphibi Inggris pertama tahun 2014 kemarin.

Mereka bersama dengan perusahaan manufaktur Belanda saat ini tengah merencanakan pembangunan rumah kapal prefabrikasi untuk saluran air ibu kota.


London Floating House telah diselesaikan pada 2014 lalu oleh Baca Architects

"Para arsitek perlu menciptakan bentuk adaptif arsitektur yang bisa merespon kepastian perubahan masa depan," ujar Richard Coutts, salah satu perintis Baca Architects.

Richard juga yakin bahwa "aquatecture" atau proyek arsitektur Baca di atas air mampu memberikan 44.000 rumah baru untuk menanggulangi krisis rumah di London.

Meski begitu, Matthew Butcher, seorang dosen di sekolah arsitektur Bartlett, London menyatakan para arsitek harus waspada dalam mereplikasi rumah kapal Belanda.

Ia yakin bahwa dengan menambatkan struktur permanen ke daratan, para arsitek akan gagal mengajukan pertanyaan mendasar tentang bagaimana lingkungan berubah.

"Salah satu masalah yang mengusikku terkait rumah mengapung itu adalah mereka cenderung terlihat seperti rumah-rumah yang kebetulan dimasukkan ke dalam air," kata Butcher.


archdaily.co.uk NLE mendesain Makoko Floating School atau Sekolah Mengambang Makoko. Sekolah tersebut merupakan tahap pertama dalam tiga tahap pengembangan yang akan menjadi sebuah komunitas mengambang, lengkap dengan hunian mengambang.

Butcher menambahkan bahwa rumah-rumah terapung di Belanda tidak harus benar-benar mengubah hidup masyarakat.

Menurutnya hal itu hanya harus dilihat sebagai teknologi baru yang membuat manusia sadar untuk tidak khawatir lagi tentang lingkungan.

Adeyemi juga setuju dengan pendapat Butcher. Menurutnya saat ini saluran air hanya dianggap sebagai halaman belakang tempat membuang sampah dibandingkan sebagai aset.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved