Gempa Kalimantan Utara
Trauma Gempa, Setiap Mau Tidur Nenek Darmi Minta Ditemani
Bumi Kota Tarakan dan beberapa daerah di Kalimantan Utara, kembali terguncang, Selasa (22/12/2015) kemarin.
Penulis: Junisah |
TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN - Bumi Kota Tarakan dan beberapa daerah di Kalimantan Utara, kembali terguncang, Selasa (22/12/2015) kemarin.
Getaran cukup terasa disebabkan gempa bumi berkekuatan 4,8 pada Skala Richter pada saat warga mulai sibuk menjalankan kegiatan harian, pukul 08.20 Wita.
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tanjung Selor, bencana gempa pagi pada 22 Desember 2015, terjadi pada pukul 08.01 Wita dengan kekuatan 4,5 Skala Richter. Kemudian dilanjutkan gempa susulan di pukul 08.18 Wita dengan daya 4,8 Skala Richter.
Sebagian warga pun panik, karena trauma terjadi kembali guncangan seperti sehari sebelumnya, saat gempa berkekuatan 6,1 SR terjadi Senin (21/12/2015) pukul 02.47 Wita.
Kepanikan pun melanda Rudi, warga RT 18 Kelurahan Selumit Pantai, Kecamatan Tarakan Tengah. Sehari sebelumnya, bangunan rumah yang dihuni Rudi bersama keluarga besarnya, ambruk dan runtuh ke laut.
Baca: Inilah Pangkal Penyebab Gempa di Kaltara
Saat gempa susulan terjadi, Darmi, ibunda Rudi sedang tiduran sambil menonton televisi di rumah sewaannya, berjarak 100 meter dari rumahnya yang ambruk.
Merasakan rumah sewa bergoyang, seketika itu pula Darmi teriak mencari cucunya untuk diselamatkan.
"Mana cucuku, mana cucuku? Rudi mana cucuku?" kata Darmi menjerit mencari cucunya dan Rudi, anaknya.
Mendengar teriakan ibundanya, Rudi yang berada di dalam rumah langsung menghampiri ibundanya dan mengajak untuk lari keluar rumah. Di luar rumah sudah banyak warga RT 18 Kelurahan Selumit Pantai berkumpul, sepanjang gang.
Setelah berada di luar rumah, Darmi masih berteriak mencari cucunya, sampai Rudi menyakinkan ibunya, bahwa cucunya sudah berada di dekatnya. Melihat cucunya, Darmi langsung memeluk dan menggendong.
TRIBUN KALTIM/JUNISAH -- Rumah Sudirman yang ambruk akibat gempa yang terjadi di Tarakan, Senin (21/12/2015) dini hari.
Rudi mengaku, pascagempa pertama, hingga kemarin, ibunya masih syok dan trauma. Setiap merasakan rumah bergoyang, Darmi pasti berteriak ketakutan sambil mencari cucu dan dirinya.
Baca: BMKG Perkirakan Gempa Susulan Masih Terjadi
Bahkan setiap mau tidur, ibundanya harus selalu ditemani.
"Kalau mau tidur, mama panggil saya untuk ditemani di sampingnya. Kalau saya tidak berada di sampingnya, mama tidak mau tidur. Tadi malam saja, waktu mama sudah tidur, saya lagi keluar sebentar. Eh tiba-tiba mama terbangun dan teriak mencari saya," ujar Rudi.
Setelah gempa naas mengguncang Senin lalu, Rudi bersama keluarganya berjumlah 10 orang, memilih untuk menyewa rumah dua pintu. Rumah disewa seharga sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 700 ribu, milik tetangganya.
"Rencananya kemarin itu mau menginap di rumah keluarga, tapi ternyata tidak ada rumah tetangga yang lagi kosong, jadi bapak saya memilih menyewa rumah dua pintu," ujarnya.
Sementara itu, Baharuddin, paman Rudi yang mengalami luka di bagian muka, tangan dan khaki akibat tertimpa reruntuhan beton rumahnya yang ambruk, telah keluar dari perawatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan.
Baca: BPBD Belum Terima Laporan Kerusakan Berat Bangunan dan Korban Jiwa
Baharuddin, laki-laki berambut gondrong, sudah dapat berjalan. Mereka sekeluarga besar, terdiri atas tiga rumah tangga, telah berkumpul bersama.
Ketika ditemui Tribun Kaltim, Baharuddin sedang melihat tetangga dan keluarga bergotong royong merobohkan bangunan rumahnya yang ambruk.
Pria berusia 23 tahun ini memakai sarung sambil berdiri. Perban masih menempel di bagian wajahnya, dan luka lecet pun masih terlihat di tangan dan kaki.
Baharuddin menceritakan, waktu kejadian, Senin dini hari, ia tidur di ruang depan sambil menonton televisi. Tiba-tiba saja ia terbangun merasakan rumah yang ditempatinya bergoyang cukup keras. Pada saat kejadian listrik padam, sehingga pandangannya gelap.
Ketika hendak keluar rumah itulah, beton rumah roboh menimpa wajah, tangan dan kakinya.AWalaupun saya mengalami luka, saya masih bisa keluar rumah sendiri. Waktu keluar rumah itu baru saya sadar ternyata rumah sudah ambruk jatuh ke bawah laut. Untuk naik ke darat saya dibantu warga yang sudah berkumpul di luar rumah," katanya. (*)
***
Follow @tribunkaltim Tonton Video Youtube TribunKaltim