Menguak Prostitusi Pelajar
Soal Prostitusi Pelajar, PKBI Ungkapkan Anak Menjual Anak
Hasil penelitian itu membuat Sumadi tercengang. Lantaran dari beberapa respoden dideteksi bukan sebagai pelacur, tetapi lebih dari seorang pelacur.
Responden yang diindikasikan AYLA, bermacam-macam tipe. Ada yang terbuka dan tertutup.
"Contoh, kita sudah ketemu dan wawancara di sini sampai jam berapa? Kemudian tiba-tiba dipanggil temannya, diajak jalan, ya lari dan putus ini. Gagal. Ini belum menjadi responden," ujarnya.
Proses pengamatan, tergantung situasional dari obyek.
"Tapi kalau obyek itu sudah pakai pakaian segini (belahan dadanya agak terbuka) dan pakaiannya segini, ya kecenderungan gayanya seperti itu, sudah bisa diajak ngobrol (diwawancarai)," jelas Sumadi sambil meniru gerakannya.
Untuk transaksi seks, Sumadi mengungkapkan, para AYLA dengan penghubung dari teman-temannya. "Ada yang masih SMA. Dia seolah-seolah seperti "mucikari". Dia sebagai penghubung. Bahkan dia mempengaruhi temennya yang masih gadis," ungkapnya.
Untuk proses bisa meyakinkan Sumadi mengungkapkan, dari pertanyaan-pertanyaan yang mengarah aktifitas dan personal. Berbagai pertanyaan mendalam dimulai dengan apakah sering di sini? Apakah tiap hari? Sampai jam berapa? Dengan siapa? Dari proses ini sampai mendalam. Jalan dengan siapa? "Itu sudah face to face wawancara mendalam. Misalnya, kalau jalan-jalan dengan kami mau tidak?" bebernya.
Perilaku ini, menurut dia, memiliki kecenderungannya melakukan aktivitas (atau eksekusi hubungan intim) di losmen atau hotel, khusus yang tergolong AYLA. Sedangkan yang tergolong remaja (mahasiswa) kecenderungannya di hotel. Karena yang menggunakan jasa itu pelanggan yang berduit. (*)