Misteri Kematian Ryan
Pakai Logika, Mery Masih tak Yakin Ryan Bunuh Diri
Bisakah nadi lengan kiri dan kanan sudah terpotong lalu dia memotong-motong lehernya bahkan putus?
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNKALTIM.CO,NUNUKAN- Mery Pamangin hingga kini tak yakin putra sulungnya Ryswanta Rombe Pamangin (24) alias Ryan tewas bunuh diri.
Dia yakin, anak pertama dari tiga bersaudara itu meninggal dunia karena dibunuh di mesnya di perusahaan pertambangan emas PT Sago Prima Pratama, Seruyung, Kecamatan Sebuku.
Dia mengatakan, secara logika tidak mungkin ada pelaku bunuh diri yang memotong kedua nadinya lalu memotong-motong lehernya sendiri hingga hampir putus.
“Bisakah nadi lengan kiri dan kanan sudah terpotong lalu dia memotong-motong lehernya bahkan putus? Kenapa saya bilang memotong-motong lehernya? Karena banyak sekali potongan-potongan di lehernya,” ujarnya dari Samarinda, dihubungi melalui telepon selulernya.
baca juga
Dia mengatakan, leher Ryan hampir 11 jam dioperasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nunukan.
“Petugas operasi sempat istirahat sebentar ambil nafas di luar, baru lari lagi masuk ke ruang operasi. Dokternya bilang sama saya, hancur lehernya. Susah jahitnya. Jadi sudah seperti ditambal-tambal saja,” ujarnya.
Ryan ditemukan dengan luka sayatan pada kedua pergelangan tangannya dan lehernya pada 17 Januari lalu di kamar mes.
baca juga
“Jadi masuk akalkah Ryan bunuh diri? Urat nadi kiri dan kanan putus, tenggorokannya putus. Dari pergelangan tangan, potongan kiri dan kanan jaraknya sama,” ujarnya.
Menurutnya, tidak ada alasan bagi Ryan untuk bunuh diri. “Dia bunuh diri kalau ada yang kasih makan dia obat gila,” ujarnya.
Ryan dikenalnya sebagai anak rumahan. “Bahkan kalau saya bilang anak kamar. Karena dia di kamar terus,” ujarnya.
baca juga
Ryan diketahuinya tidak pernah merokok, minum minuman keras, apalagi berkumpul-kumpul setiap malam untuk ngobrol sambil merokok dan minum minuman keras.
“Banyak betul yang sayang Ryan. Kemarin waktu pemakaman, temannya ada yang langsung datang dari Yogyakarta. Jemaat kami di sini (Samarinda), tidak ada yang tidak menangis,” ujarnya.
Mery sangat yakin anaknya dibunuh karena beberapa kali Ryan menelepon menyebutkan dia sedang dijebak.
baca juga
Karena merasa tertekan di perusahaan, Ryan bahkan meminta uang tiket pesawat kepada ibunya, dua minggu setelah pulang berlibur dari Yogyakarta atau tiga hari sebelum dirinya ditemukan bersimbah darah.
“Dia mau pulang tetapi dia tidak mau sebut nama pesawatnya apa? Kapan dia berangkat? Sepertinya ada yang ancam dia. Mungkin nanti dia mau melarikan diri,” ujarnya.
Semakin membuatnya yakin Ryan dibunuh, menjelang kematiannya saat dirawat di Rumah Sakit Umum AW Sjahranie Samarinda, putranya itu menggelengkan kepala saat ditanya dokter, siapa yang melakukan perbuatan itu padanya?
“Dia geleng kepala. Dia bilang saya tidak tahu siapa. Saya membaca dari gerakan mulutnya lalu saya tanyakan lagi,” ujarnya.
Dari foto-foto yang banyak beredar, kata Mery, selain pisau cutter, di samping tubuh Ryan saat ditemukan adapula kayu.
“Ada foto-fotonya di anak saya yang cewek. Kemungkinan besar kematian Ryan sudah diskenariokan,” ujarnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/ryan-dan-adiknya_20160223_181145.jpg)