Pilkada DKI Jakarta

Ahok Tetap Ingin Berpasangan Dengan Djarot Tapi Nama Heru yang Muncul

Pak Ahok menyatakan bahwa idealnya beliau tetap berpasangan dengan Pak Djarot Saiful Hidayat, wakil beliau saat ini.

Penulis: Januar Alamijaya | Editor: Januar Alamijaya
KOMPAS.com/Kurnia Sari Aziza
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di ruang kerjanya di Balai Kota, Sabtu (21/11/2015). 

Jika tidak, tentu pekerjaan kami akan sia-sia. Karena tidak mendapatkan kepastian soal itu dan Pak Ahok, kami meminta nama lain yang lebih pasti. Pak Ahok menyodorkan nama Pak Heru Budi Hartono, kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Pemda DKI.

Pak Ahok bercerita tentang pribadi dan karakter Pak Heru yang sengat sejalan dengan Pak Ahok.

Beliau adalah satu Pegawai Negri sipil yang berani pasang badan untuk memperjuangkan transparansi perencanaan dan penggunaan anggaran di DKI.

baca juga : Jangankan Melirik, Membuka Komunikasi Saja Ritel Moderen Masih Ogah

Dengan memasukkan nama Pak Heru, Pak Ahok juga ingin memperlihatkan bahwa di DKI ada birokrat yang baik dan terpuji. Dan orang-orang seperti inilah yang perlu dipromosikan agar menjadi contoh.

Pak Heru akhirnya dihadirkan semalam di Rumah Pak Ahok meski terlambat beberapa jam.

Kami secara langsung berbicara kepada beliau dan menanyakan kesediaan untuk dicalonkan sebagai wakil Pak Ahok. Jika tidak mendapatkan kepastian kami akan terus meminta nama lain.

Kami tidak bisa lagi menunggu karena sudah meminta nama wakil jauh-jauh hari. Pak Heru menyatakan bersedia, dan sekaligus nanti bersedia untuk mundur dari posisinya sebagai PNS DKI menjelang didaftarkan ke KPUD.

Jadi minggu malam sekitar pukul 21.30 adalah detik-detik bersejarah bagi kami. Satu langkah lagi kami mendekati pembuktian sejarah di negeri ini. Bahwa jika anak-anak muda bergerak dengan satu cita-cita bersama, maka insya allah tidak ada yang bisa membendungnya.

Kami belajar dari para pemuda tahun 1945 yang menculik dan memaksa para tokoh-tokoh besar seperti Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera menyatakan kemerdekaan.

Tanpa nyali dan kegilaan seperti itu, 17 Agustus 1945 tidak akan pernah ada. Kami tentu tidak bisa sehebat mereka. Tapi kami sedang belajar mewujudkan sebuah cita-cita untuk kebaikan Indonesia di masa depan. Semoga anak-anak muda di berbagai penjuru negeri bangkit danmelakukan hal yang sama.

Kami sadar Pak Ahok sedang mempertaruhkan banyak hal jika memilih bersama kami.

Bagaimana pun tentu lebih enak mau melalui partai politik. Kendaraan tersedia, dan dukungan politik pun bisa didapatkan. Sebaliknya memilih jalur independen bersama kami penuh risiko.

Data kami harus betul-betul siap dan rapi agar bisa lolos verifikasi KPUD nanti. Dan yang terberat bagi Pak Ahok tentu ini membuka front perseteruan dengan seluruh partai politik.

Kami sadar bahwa partai politik punya jaringan di seluruh level pemerintahan dan lembaga negara. Sebuah kekuatan yang bisa saja digunakan untuk menekan bahkan menghadang pencalonan Pak Ahok.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved