Renungan Paskah

Bangkit Bersama Memberantas Narkoba

Dalam kesaksiannya, si anak mengatakan ”Ketika kebutuhan akan ‘barang’ itu tidak bisa ditunda lagi, apa pun yang bisa saya ambil, saya ambil dan jual.

Editor: Amalia Husnul A
tribunkaltim.co/azhar sriyono
Misa Jumat Agung, Jumat (25/3/2016). 

Renungan Paskah

Oleh Mgr Yustinus Harjosusanto MSF

Uskup Agung Samarinda

BERITA tentang ditemukannya narkotika, psikotropika dan bahan adiktif berbahaya (narkoba) di pelbagai tempat semakin meyakinkan bahwa peredaran narkoba telah tersebar luas dan menjangkau siapa pun tanpa padang status sosial, usia, daerah atau tempat tinggal.

Informasi mengenai luasnya peredaran itu tidak bisa lagi sebatas perlu diketahui, melainkan mesti menggerakkan kita semua untuk menghadapi dan mengatasi acaman yang besar dan dahsyat bisa menimpa siapa pun.

Dari data yang dirilis, ProVinsi Kalimantan Timur termasuk daerah yang mesti mendapat perhatian, karena tidak luput dari serangan yang membahayakan itu.

Kenyataan ini mesti membangkitkan dan menggerakkan kita semua untuk meningkatkan kewaspadaan dan bertindak mengatasi masalah itu demi masa depan bangsa kita.

Sebenarnya ungkapan memberantas narkoba itu kurang tepat, karena untuk keperluan-keperluan tertentu, khususnya dalam rangka pelayanan bagi orang sakit atau keperluan tertentu lainnya, narkoba itu memberi manfaat dan diperlukan.

Yang mesti diperangi dan diberantas adalah penyalahgunaannya yang merusak.

BACA JUGA: Inilah 5B yang Wajib Dilakukan Umat saat Rayakan Paskah Menurut Mgr Yustinus Hardjo

Zat/unsur itu disalahgunakan untuk “kenikmatan sesaat” tanpa memperhitungkan atau tahu dampak buruknya bagi kesehatan itu sendiri.

Lebih parahnya, barang itu bukan hanya dipamerkan untuk dibeli, tetapi dipromosikan, ditawarkan dan disodorkan secara agresif agar semakin banyak orang menyalahgunakannya demi keuntungan berupa uang yang memang menggiurkan.

Beredarnya berita, akhir-akhir ini mengenai temuan Badan Narkotika Nasional (BNN) di beberapa tempat dan lokasi yang telah lama ditengarai menjadi tempat beredarnya dan terus berlangsungnya bisnis narkoba itu semakin meyakinkan bahwa peredaran dan bisnis barang terlarang itu terus meningkat, bahkan memberi kesan kuat makin banyaknya orang berbisnis barang haram itu.

Dengan demikian jumlah penggunanya pun meningkat dari tahun ke tahun. Informasi, arahan, peringatan bagi masyarakat luas, mengenai akibat buruknya, belum mampu menekan peredaran dan menurunkan jumlah penggunanya.

BACA JUGA: Terbangkan Layang-layang hingga Voodoo, Inilah 5 Tradisi Unik Perayaan Paskah

Lembaga kepolisian, khususnya BNN, dan lembaga pemerintah mulai dari tingkat pusat sampai daerah yang ditugaskan untuk menangani masalah itu, bahkan hukuman mati pun tidak menyurutkan usaha dan semangat pebisnis barang yang memang mendatangkan keuntungan besar itu.

Karena itu, celah sesempit dan kesempatan sekecil apa pun akan mereka manfaatkan dan masuki. Tidak mengherankan bahwa mereka yang diberi kepercayaan dan tugas untuk memberantasnya merasa kewalahan.

Meningkatnya usaha memberantas salah satu penyakit berbahaya dan menular itu akhir-akhir ini, bersamaan dengan masa persiapan umat Kristiani menyambut Hara Raya Paskah, yaitu hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus atau Isa Almasih.

Telah adanya tema-tema yang digumuli selama masa persiapan itu, kiranya tetaplah perlu bagi umat Kristiani dan seluruh masyarakat menyadari bahaya dan ancaman besar itu dan bangkit bersama untuk berusaha memberantasnya.


PASKAH - Umat Katolik menyalakan lilin dalam perayaan Malam Paskah di Gereja Katedral Paroki Santa Maria Penolong Senantiasa, Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (26/3/2016). (TRIBUNKALTIM.CO/CORNEL DIMAS)

Salah satu cara antisipatif yang mesti dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan bersama di tingkat lingkungan paling dekat, yaitu keluarga.

Jangan sampai keluarga kita terkena karena kita kurang waspada.

Alasan Suci

Amatlah menarik menyimak salah satu sharing keluarga yang memiliki anak yang telah terbebas dari “penyakit” itu.

Tanpa curiga sedikit pun ibu yang sudah lama janda itu memberi uang kepada anaknya karena “alasan suci” yang disampaikan.

Setiap kali meminta uang, anak kesayangan itu mengatakan bahwa uang itu bukan hanya untuk keperluan dirinya, melainkan untuk menolong teman sekolahnya yang miskin dan sungguh membutuhkan bantuan.

BACA JUGA: Ratusan Umat Kristiani Ikuti Prosesi Jalan Salib

Sang ibu amat senang mendengar alasan itu dan bahkan berharap agar anaknya dengan cara itu akan menjadi orang yang peduli terhadap sesama yang menderita.

Muncullah tanda tanya ketika jumlah uang yang diminta dari waktu ke waktu meningkat.

Namun keraguan itu ditepisnya lantaran ia bisa mengerti bahwa dengan naik kelas, biaya sekolah pun meningkat.

Kecurigaannya bertambah ketika si anak mulai memaksakan kehendaknya dengan meminta jumlah uang yang kurang masuk akal, apalagi ketika permintaannya tidak dikabulkan ia mengambil barang di kamarnya dan menjualnya, bahkan sejumlah barang di rumah pun raib.

BACA JUGA: Pesan 'Sudah Selesai' Warnai Ibadah Paskah di Tanjung Selor

Dalam kesaksiannya, si anak mengatakan ”Ketika kebutuhan akan ‘barang’ itu tidak bisa ditunda lagi, apa pun yang bisa saya ambil, saya ambil dan jual tidak peduli siapa pemiliknya.”

Ketika sudah terlalu erat terjerat, seseorang tidak lagi berpikir tentang etiket, etika, agama dan moralitas; apa pun akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya itu.

Sering terjadi ketika ada anggota keluarga terkena virus berbahaya itu yang memang ditabukan oleh masyarakat, keluarga itu malu mengakuinya.

Usaha untuk menyembunyikannya tidak akan menyelesaikan masalah, karena usaha untuk mengatasinya sendiri akan sia-sia.


Persiapan malam Paskah yang akan dilaksanakan pada tanggal 4 April mendatang, yang dilakukan oleh umat Katolik Gereja Santo Lukas, Samarinda. Kamis, (2/4/2015) lalu. (TRIBUN KALTIM / CHRISTOPER DESMAWANGGA)

Untuk “menyembuhkan” penyakit itu diperlukan keahlian dan proses yang tidak mudah.

Oleh karena itu, minta tolong kepada yang kompeten dengan memasukkannya ke panti rehabilitasi merupakan tindakan yang tepat daripada menutupi seakan-akan tidak terjadi, atau mencoba menanganinya sendiri.

Menurut para pendamping, ketika sudah sembuh pun, seorang yang pernah kena sebaiknya tidak lagi masuk ke dalam lingkungan lamanya.

Kiranya penting juga keluarga-keluarga meningkatkan kewaspadaan terhadap anak-anak dalam pergaulannya. Agresivitas pengedar barang terlarang itu semakin meningkat, baik kiat, cara dan strateginya.

BACA JUGA: Puncak Perayaan Paskah, Jemaat ini Gunakan Pakaian Adat Dayak

Menanggapi situasi seperti ini, kerja sama semua pihak untuk bersinergi memberantas penyalahgunaan obat terlarang itu amat diperlukan.

Salah satu bentuk kerja sama yang perlu dilakukan di tingkat akar rumput adalah memberitahu keluarganya, ketika melihat adanya anggota keluarga itu yang mungkin telah terkena.

Selain itu perlulah untuk tetap menerimanya dalam kehidupan bersama.

Tetap menerima akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa malu dan tersingkir serta sekaligus bisa menjadi dorongan moral untuk berani terbuka dan bertanya mesti berbuat apa dan perlu minta bantuan kepada siapa.

BACA JUGA: Ada Drama Jumat Agung Jelang Paskah

Dari sisi yang ingin membantu, keterbukaan itu juga akan menghilangkan keraguan untuk membantu, karena tidak jarang terjadi bahwa keinginan membantu itu ada tetapi ada rasa khawatir dan takut akan terjadinya salah faham dan bahkan penolakan yang merusak relasi mereka.

Kesadaran dan kewaspadaan bersama itu perlu ditingkatkan. Jika saat ini masih aman dan tidak terkena masalah itu, perlulah disyukuri. Namun perlulah tetap waspada, karena kelengahan sesaat bisa menimbulkan penyesalan seumur hidup.

Dalam hal kerja sama itu, kiranya peran dan fungsi Ketua RT dan RW amat penting dan strategis, namun demikian efektivitasnya tergantung dari sikap warganya.

Mereka hanya bisa mengetahui dengan baik situasi di RT–nya bila ada keterbukaan warga untuk menyampaikan informasi.

BACA JUGA: Puasa Umat Katolik 40 Hari, Adakah Waktu Sahur, Berbuka dan Batal?

Sayang bahwa di banyak tempat, khususnya di kota-kota (besar), orang tidak lagi saling mengenal tetangga dekatnya, lantaran adanya tembok penyekat yang memisahkan satu sama lain.

Dalam kondisi seperti itu, kedekatan non-geografis, karena alasan persahabatan, kesamaan profesi, bahkan hobi bisa menjadi sarana dalam hal kerja sama itu.

Pendeknya, layaklah kita berterima kasih kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah dengan perangkatnya atas peningkatan usaha memberantas penyalahgunaan narkoba itu, meskipun tetap tersimpan rasa khawatir akan tetap berkembangnya bisnis yang menggiurkan banyak orang itu.

Tidak ada jalan lain agar dari waktu ke waktu peredaran barang itu bisa berkurang dan mereka yang terkena bisa disembuhkan kecuali tekat kuat dan kerja sama semua pihak.

Semoga Paskah 2016 membangkitkan kita semua untuk bersama memberantas penyakit menular yang amat berbahaya itu. Tuhan memberkati. (*)

***

Perbarui informasi terkini, unik, dan menarik melalui medsos.

Join BBM Channel, invite PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved