Wah. . . Lebih dari Separuh Septictank Milik Masyarakat tak Pernah Disedot

Dari program nasional yang tertuang ke dalam RPJMN, Pemerintah Kota Balikpapan mengadakan Workshop Promosi Sanitasi untuk Pengelolaan Lumpur Tinja.

Editor: Amalia Husnul A
iStock-Getty Images/ KevinDerrick
Ilustrasi penyedotan septictank 

Laporan wartawan TribunKaltim.co, Muhammad Afridho Septian

TRIBUNKALTIM, BALIKPAPAN - Dari program nasional yang tertuang ke dalam RPJMN,  Pemerintah Kota Balikpapan mengadakan "Workshop Promosi Sanitasi untuk Pengelolaan Lumpur Tinja Kota Balikpapan".

"Ini adalah program nasional 100-0-100 dari RPJMN. Itu maksudnya adalah 100% akses air minum, 0% kawasan kumuh, 100% akses sanitasi untuk tahun 2015-2019," papar Afriansyah dari Bappeda Kota Balikpapan kepada TribunKaltim.co, Senin (18/4/2016).

Untuk mewujudkan program tersebut, pemerintah Republik Indonesia bermitra dengan World Bank dalam hal ini Water and Sanitation Program melakukan sosialisasi dan mendorong kepada kabupaten/kota di Indonesia.

BACA JUGA: Gubernur Kaltim Tak Ingin Ada Jamban Berjejer di Tepi Sungai

Program ini mewujudkan salah satu target yang dimaksud, yaitu 100 persen akses sanitasi sehat.

"Di Indonesia, program sejenis misalnya layanan lumpur tinja terjadwal itu sudah dilakukan di beberapa daerah, contohnya di Solo," kata Afriansyah.

Oleh karena itu di tahun 2016 ini WSP tadi menggiatkan sosialisasi di 40 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Balikpapan.

"Kenapa kita masuk? Karena Kota Balikpapan kan secara nasional sudah diakui sebagai kota yang pro-lingkungan. Sehingga selain pemilihan sampah yang ada di Gunung Bahagia, masuk lagi layanan lumpur tinja terjadwal," paparnya.

"Hasil survei yang dilakukan World Bank dan Bappeda di tahun 2014 yang juga melibatkan masyarakat itu sudah disampaikan, hampir 67 persen penduduk tidak pernah disedot tinjanya selama ini," tambahnya lagi.

BACA JUGA: Forum Sehat Ingin Kukar Bebas Masalah Sanitasi

Menurutnya, jaman dulu jika tidak disedot mungkin tak mengapa sebab tidak banyak yang memanfaatkan sumber air tanah.

"Namun sekarang dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pemukiman yg padat, kalau septictank tidak penuh-penuh artinya itu bocor. Itu nanti tidak sempat terproses secara alami sudah disedot oleh tetangga yang menggunakan air tanah.

Bayangkan kalau air itu digunakan untuk air minum. Airnya sangat beraroma coli dan penyakit yg bersumber dari coli tadi," ujarnya.

Rencananya, pembangunan layanan lumpur tinja terjadwal tahun ini diproyeksikan mencapai 1.000 sambungan rumah di Kelurahan Sepinggan Baru.

BACA JUGA: Bontang Dinobatkan Jadi Kota Pengelolaan Sanitasi Terbaik

"Ke depannya, pilot project untuk program-program berbasis lingkungan kalau bisa di 3 kelurahan ini lah. Gunung Bahagia, Sepinggan Baru, dan Sepinggan. Karena di sana berhimpitan, tipikal perumahan juga semi developer seperti RSS," kata Afriansyah.

Namun tidak semua masyarakat dapat menikmati layanan ini nanti. Pasalnya, mereka haruslah pelanggan dari PDAM, karena nantinya retribusi layanan ini akan dibayarkan lewat rekening air minum.

"Targetnya setiap 4 tahun akan disedot, penuh tidak penuh akan disedot. Bayarnya nyicil setiap bulan sekitar Rp 8.000 atau Rp 10.000," jelasnya.

BACA JUGA: Inilah Penyakit yang Mengancam Warga Pasca-gempa

Syarat yang kedua adalah calon pelanggan bersedia membongkar lubang untuk jalur penyedotan sendiri.

"Karena septictank kan kadang-kadang di bawah lantai keramik, di bawah ruang tamu. Kalau sulit nanti mereka harus bongkar sendiri, bikin lubangnya nanti nutup sendiri juga," tandas Afriansyah. 

Diharapkan dengan program pengelolaan lumpur tinja ini akan terwujud kualitas sanitasi serta air tanah yang sehat untuk dikonsumsi masyarakat dalam jangka panjangnya. (*) 

***

Perbarui informasi terkini, unik, dan menarik melalui medsos.

Join BBM Channel, invite PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim


Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved