Berita Eksklusif

Jangankan Kirim Uang ke Kampung, untuk Makan Saja Susah. . .

Menurut lelaki yang mengontrak rumah tak jauh dari lokalisasi tersebut, sepinya pengunjung Km 17 semakin terasa dalam kurun waktu empat bulan terakhir

Penulis: tribunkaltim |
TRIBUN KALTIM/AZHAR SRIYONO
Salah satu rumah kawasan Lembah Harapan Baru Km 17 Balikpapan yang kini dinilai sepi, Rabu (18/5/2016). Terlihat beberapa PSK berdiri di depan pintu rumahnya. 

Laporan wartawan Tribun Kaltim Budi Susilo dan Rudy Firmanto

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Mulut jalan, belok arah dari Jalan Soekarno-Hatta Km 17 tampak pangkalan ojek dengan kondisi tak terawat. Beberapa bagian tampak rusak.

Menyusuri jalan mendaki sejauh kurang-lebih 1 kilometer, tampak papan putih bertulis tinta merah Posko Tim Terpadu Penutupan Lokalisasi Km 17 Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara.

Kurang-lebih 100 meter kemudian, tampak portal tertutup menuju Kompleks Lembah Harapan Baru Kilometer 17 Balikpapan Utara.

Portal ini berjarak sekitar 20 meter sebelum masuk pekarangan atau halaman. Portal ala jungkat-jangkit dibuka-tutup, dijaga beberapa orang laki-laki. Setiap tamu masuk areal, petugas mengutip retribusi.

Baca: Wow, di Kabupaten Kukar Ada 12 Lokalisasi

Satu karcis retribusi parkir mobil seharga Rp 15.000.

Terdapat satu portal lagi, terbuat dari tiang kecil dan sebatang balok, terletak di mulut gang, yang menghubungkan halaman tempat parkir dengan wisma-wisma atau barak, yang letaknya di lereng bukit. Di samping portal, terdapat pos dilengkapi televisi. Rabu (18/5/2016) sore, sekitar pukul 16.00 Wita, tampak 3-4 orang laki-laki berjaga di mulut gang.

Sampai di dalam, beberapa bangunan warung kondisinya tertutup dan seperti tak berpenghuni. Sebagian bangunan tampak tak terurus, lapukan. Bahkan bagian bangunan mirip barak, warga setempat menyebutnya wisma, yang tak utuh lagi.

Terdengar suara dentuman musik dangdut dari salah satu wisma yang di bagian bawah, secara geografis kawasan LHB ini berada di lereng perbukitan.

Tampak sejumlah perempuan sedang asyik bercengkrama sesama penghuni wisma lainnya. Sebagian makan satu piring beramai-ramai. Sebagian lain berada di dalam wisma.

Baca: Tanggulangi Penutupan Lokalisasi, Pemkot Samarinda Akui Tak Ada Dana Sepeser pun

Terdapat 40-an wisma atau barak di kompleks lokalisasi yang terkenal dengan sebutan Km 17. Masing-masing wisma terdiri atas 8 sampai 15 kamar. Ketika Km 17 ramai, sejak 1986 hingga sebelum tahun 2007, wisma penuh. Saat pengunjung penuh, dan kamar-kamar dihuni masing-masing seorang perempuan penghibur.

Tribun Kaltim dan TribunKaltim.co sempat menjumpai penjual bakso yang menjajakan dagangan kepada penghuni dan tamu yang mendatangi wisma Km 17. Di ujung gang sebelah kanan portal masuk, tampak seorang pedagang asongan mi-bakso.

Dia bercengkerama dengan seorang pria. Sedangkan di dalam gang sebelah kiri, seorang pedagang mi-bakso lainnya duduk di tembok bangunan.

"Sepi mas. Dulu saat rame, saya masih bisa bawa Rp 1 juta setiap malam. Sekarang Rp 400 ribu aja sudah lumayan," katanya yang enggan diketahui identitasnya.

Baca: Tamu Lokalisasi Semakin Sepi, Mucikari Ini Bingung Nafkahi Keluarga

Menurut lelaki yang mengontrak rumah tak jauh dari lokalisasi tersebut, sepinya pengunjung Km 17 semakin terasa dalam kurun waktu empat bulan terakhir.

Pemilik warung klontongan, yang terletak di dekat lapangan parkir, juga mengaku hal serupa. Omset penjualannya kini drastis menurun. Saking sepinya penjualan, dia tidak berani melayani pembeli yang utang alias "kasbon" dari para penghuni wisma.

"Saya tidak bisa kasih tahu berapa persen yang jelas turun drastis. Paling hanya orang daerah sini yang beli, kalau tamu jarang," kata pemilik warung yang enggan diketahui identitasnya.

Ketua RT 38 Karang Joang yang lokasinya berada di lokalisasi Km 17 dan sekaligus salah satu pemilik wisma, Nur Ali mengatakan sangat sedih melihat situasi sekarang. Ia sangat tak tega melihat kondisi para penghuni yang tak lagi memiliki pendapatan cukup untuk menghidupi kehidupan sehari-hari.

"Jangankan untuk mengirim uang ke keluarga di kampung, untuk makan saja susah kadang mau tak mau kita ini yang orang lama kasih mereka makan," katanya.

Baca: Nina Bingung Cari Kerja Pasca Penutupan Lokalisasi, Ia Berharap Bisa Punya Uang untuk Beli Sawah

Bongkar Paksa
Akhir Mei, Satpol PP Pemkot Balikpapan meninjau langsung lokasi prostitusi di Manggar Sari, Balikpapan Timur sebagai tinjauan akhir pembersihan bilik-bilik kamar.

Demikian diungkapkan Kepala Satpol PP Kota Balikpapan, Kompol Freddy Pasaribu kepada Tribun melalui sambungan telepon, pada Rabu (18/5/2016). Peninjauan akhir untuk melihat komitmen dalam niat menutup usaha prostitusi.

"Kami sudah beri tanda silang merah dengan alat pilox. Yang kami beri tanda untuk segera membongkar sendiri. Jika nanti sampai akhir Mei kami masih melihat ada bilik-bilik kamar, kami akan angkut. Bongkar paksa," ujarnya.

Baca: Satu per Satu Lokalisasi Ditutup, Para PSK pun Pulang Kampung

Rencananya, tinjauan lapangan Kesatuan Satpol PP Kota Balikpapan akhir Mei nanti akan diterjunkan 90 personel dengan dilengkapi kendaraan truk alat angkut pembongkaran puing-puing bilik kamar.

"Kami hanya mau mengecek saja. Warga pasti sekarang sudah ada yang membongkar sendiri. Kami sudah lama berdialog dengan kepala lingkungan, lurah dan camat. Kami sudah berikan waktu lima bulan yang lalu untuk ditutup," tutur Freddy.

Pembersihan lokasi prostitusi di Manggar Sari merupakan amanat dari Peraturan Walikota Nomor 21 tahun 2004, mengenai larangan adanya praktek lokalisasi dan lokasi prostitusi di Kota Balikpapan serta juga menyambut bulan suci Ramadhan bagi kaum muslim yang akan menjalankan ibdah puasa sebulan penuh.

"Warga di sana (Manggar Sari) mau kooperatif. Mau diajak dialog. Mereka banyak yang setuju untuk ditutup. Kabarnya yang saya dengar, wanita-wanitanya sekarang sudah banyak yang pulang kampung. Sudah tidak lagi di Manggar Sari," kata Freddy.

Baca: Lokalisasi Akan Ditutup, Ini Ungkapan Pengelola Rumah Bordil: Kami seperti Dibuang ke Laut. . .

Bagi dia penutupan lokasi prostitusi Manggar Sari sebenarnya untuk kepentingan masyarakat seluruh Kota Balikpapan, khususnya warga Manggar Sari Kecamatan Balikpapan Timur.

"Masa sih rumah-rumah dialihfungsikan jadi kamar-kamar bilik buat kegiatan prostitusi, kan tidak pantas. Rumah yang buat tempat tinggal. Untuk keluarga. Untuk tempat tinggal istri, anak-anak kita," ungkapnya. (*)

***

Perbarui informasi terkini, unik, dan menarik melalui medsos.

Join BBM Channel, invite PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved