Penutupan Lokalisasi

Lokalisasi Km 17 Mau Ditutup tapi PSK Berpakaian Minim Masih Bersliweran

Lantunan musik karoke masih menggema, satu di antaranya di rumah berkode B2 yang terdengar sampai keluar jalan gang.

Penulis: tribunkaltim |
TRIBUN KALTIM/BUDI SUSILO
Para penghuni Lokalisasi Km 17, Balikpapan, Kalimantan Timur, masih bersliweran menunggu tamu, Selasa (31/5/2016). 

Laporan wartawan Tribun Kaltim, Budi Susilo dan Rudy Firmanto

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Rencana penutupan lokalisasi serentak di wilayah Kaltim yang pencanangannya dilaksanakan di Lokalisasi Bayur, Samarinda, Rabu (1/6/2016) ternyata tak berpengaruh dengan aktivitas di lokalisasi Km 17, Karang Joang, Balikpapan Utara.

Berdasarkan pantauan Tribunkaltim, geliat aktivitas prostitusi di lokalisasi Km 17 masih berdetak. Sore menjelang malam, Tribun menyambangi lokasi ini, Selasa (31/5/2016).

Beberapa wanita berpakaian minim terlihat berseliweran keluar masuk ruangan. Bangunan rumah-rumah yang menyediakan banyak kamar tersedia masih terbuka bagi tamu pengunjung.

Lantunan musik karoke masih menggema, satu di antaranya di rumah berkode B2 yang terdengar sampai keluar jalan gang.

Baca: BREAKING NEWS -- Jelang Penutupan Jalan Menuju Lokalisasi Bayur Macet

Juzu -- nama samaran, wanita Pekerja Seks Komersial (PSK) yang sedang duduk di kursi kayu depan rumah itu tampak  bersantai.

"Sampai sekarang masih buka. Kalau ada yang mau siang ini dilayani saya siap. Boleh saja tidak perlu tunggu tengah malam," ujarnya. Saat itu ia mengenakan celana jins hot pant biru dan tank top ungu.

Dia tidak mengetahui rencana pemerintah menutup lokalisasi dan praktik prostitusi di wilayah Kaltim. Lokalisasi Km 17 sebenarnya secara resmi sudah ditutup Pemkot Balikpapan sejak 2013, namun aktivitas di lokalisasi tersebut masa ada.

Rekan Juzu, yang juga penghuni lokalisasi Km 17 menuturkan, tidak ada pemberitahuan apalagi sosialiasi dari pemerintah kota mengenai penutupan lokalisasi Km 17.

"Saya tidak dapat kabar harus tutup. Belum ada larangan. Belum ada perintah segel rumah. Saya juga tidak diberi tahu kalau ada sosialisasi diberi pelatihan keterampilan," ujar Sopia, PSK yang sudah berstatus janda dua anak ini.

Menurut pengalaman Sopia, bila ada penutupan pasti dirinya bersama teman-temannya diberi informasi dari pemilik wisma karoke.

"Saya kalau disuruh pergi dari sini saya terima saja," kata wanita asal Banyuwangi ini.

Bila usaha prostitusi ditutup, Sopia lebih memilih pulang kampung daripada menetap dan mencari sesuap nasi di Balikpapan. Masih lebih enak hidup di desa bisa berkumpul dengan keluarga dan harga-harga barang kebutuhan sangat murah dibanding di Balikpapan.

Baca: Ada Oknum yang Nggak Bayar Malah Mengadu, Ibu Asuh Berharap Pemerintah Lebih Serius

"Pulang kampung mau jadi wanita baik-baik. Mau rajin ibadah. Nanti kerja apa saja di desa. Yang penting bisa cari uang buat kebutuhan hidup anak sama saya," tuturnya, yang saat itu mengenakan kaus hijau muda.

Sementara, Nur Ali, Ketua RT 38 Kelurahan Karang Joang mengatakan situasi terkini di wilayahnya tidak ada perubahan atau masih berjalan normal seperti biasanya.

Pemerintah menurutnya belum mendatangi wilayahnya atau menjalin komunikasi mengenai rencana penutupan lokalisasi dan tempat prostitusi per 1 Juni.

Saat dimintai tanggapannya mengenai penertiban lokalisasi, pria 67 tahun ini menyatakan hendaknya dilakukan tidak secara mendadak.

Ia masih mengharapkan pemerintah mau diajak dialog dengan penghuni 24 wisma yang masih berdiri kokoh di kawasan tersebut.

"Kita bicara dulu, jangan juga mendadak kita tidak siap. Kami masih berharap pemerintah mau diajak dialog," ujarnya.

Nur Ali tak mengetahui persis jumlah PSK yang masih mencari nafkah di lokasi tersebut.

Yang jelas sudah sangat berkurang drastis semenjak pemerintah menyatakan lokasi tersebut terlarang untuk kegiatan prostitusi.

Tokoh masyarakat Km 17, Karang Joang, Halib (58) mengusulkan usaha prostitusi di perkampungannya sebaiknya ditutup total. Pemkot wajib menutup dan bersikap tegas dengan cara memulangkan para penghuni lokalisasi ke kampung halamannya.

Halib menegaskan, kebijakan pemberian uang Rp 3 juta dan pelatihan kepada PSK di Km 17 tahun lalu dianggap tidak mujarab.

"Kasih saja mereka tiket pesawat. Disuruh pulang ke kampung halaman. Jangan kasih uang kontan lagi, pasti mereka tidak pulang kampung. Mereka hanya beredar di Balikpapan dan sekitarnya lalu balik lagi ke sini," ujar Halib.

Pemkot pun mesti tegas, berani dan punya komitmen membersihkan Balikpapan dari praktik prostitusi. Selama ini, pemerintah kesannya hanya semangat di awal sampai membuat tim posko penjaga namun setelah itu kecolongan lagi.

Segera Ditertibkan
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kota Balikpapan Tirta Dewi menganggap keberadaan lokalisasi di Balikpapan sudah tidak ada.

Ia berpatokan dengan proses penutupan yang telah dilakukan pemkot sejak 2013 silam.

"Secara resmi sudah ditutup 2014 sehingga memang sudah tidak ada itu (lokalisasi) ," katanya, Selasa (31/5/2016).

Bicara mengenai masih beroperasinya dua lokalisasi, Km 17 dan Manggarsari, Tirta Dewi mengatakan hal tersebut telah masuk ranahnya Satuan Polisi Pamong Praja.

"Sebelum ditutup kita sudah memberikan pelatihan bagi penghuni tujuannya agar setelah keluar dari lokasi bisa beralih ke usaha lain selain itu kita beri uang kerohiman waktu itu," katanya.

Tirta pun mengatakan seharusnya dua lokasi tersebut segera untuk ditertibkan agar mengantisipasi masih terjadinya aktivitas yang melanggar aturan.

"Perwali sudah jelas, tidak perlu kita data lagi, tinggal penertibannya saja," katanya singkat.

Satpol PP sendiri mengaku belum merencanakan kegiatan apapun mengenai penutupan lokalisasi dan tempat prostitusi yang hingga kini masih beroperasi.

Baca juga: Penghuni Lokalisasi Ditawari Jadi Transmigran

"Belum, nanti kalau ada kita informasikan ya," kata Kasatpol PP Freddy Pasaribu saat dikonfirmasi, Selasa (31/5/2016).
Freddy beralasan status dua lokalisasi di Balikpapan secara resmi telah ditutup beberapa tahun sebelumnya sehingga saat ini Balikpapan tidak memiliki lokalisasi.

"Itu eks ya, sebab sudah kita tutup, saat ini yang kita lakukan yakni memastikan lokasi tersebut tidak kembali digunakan sebagai tempat prostitusi," katanya.

Freddy mengatakan pihaknya telah mengintruksikan jajaran di bawahnya untuk lebih intens melakukan patroli di kawasan tersebut agar tidak ada aktivitas terlarang. (*)

***

Perbarui informasi terkini, unik, dan menarik melalui medsos.

Join BBM Channel, invite PIN BBM C003408F9, Like fan page Facebook TribunKaltim.co, follow Twitter @tribunkaltim serta tonton video streaming Youtube TribunKaltim

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved