Ramadhanku

Ponpes Ribathul Khail Punya 10 Ruko untuk Operasional Pesantren

Rumah toko (ruko) milik Ponpes Ribathul Khail yang telah terisi semua berada di kawasan yang strategis.

Penulis: Rahmad Taufik |
TRIBUN KALTIM/RAHMAD TAUFIK
Ponpes Ribathul Khail di Tenggarong, Kukar memiliki usaha 10 unit ruko yang menghidupi operasional ponpes. 

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Pondok Pesantren (Ponpes) Ribathul Khail menjadi satu-satunya ponpes yang berada di tengah Kota Tenggarong, Kukar.

Dulu, bangunan ponpes terbuat dari kayu, sekarang gedungnya sudah dibeton dan berdiri kokoh di atas tanah seluas 3 hektare. Di samping kanan-kiri gerbang ponpes terdapat kubah dengan dominasi warna hijau-kuning. Sepuluh unit ruko berjejer di tepi Jalan KH Ahmad Muksin, Timbau.

Rumah toko (ruko) milik Ponpes Ribathul Khail yang telah terisi semua berada di kawasan yang strategis. Modal 10 ruko inilah yang bisa menghidupi operasional ponpes yang berdiri sejak 1964 lalu.

Ketua Yayasan Ribathul Khail Iskandar Usat mengatakan, Ponpes Ribathul Khail dibangun atas inisiatif almarhum H Achmad Dahlan, Bupati Kutai kala itu.

Baca: Setiap Subuh Santri di Ponpes Darul Qurra Wajib Setor Hafalan Al Quran

Bupati Kutai Achmad Dahlan menghendaki ada ponpes mandiri yang bisa bertahan dalam jangka waktu lama.

Gedung ponpes dibangunkan pemda secara spontanitas. Selain pemda membeli tanah, ada masyarakat yang menghibahkan lahannya. Kala itu lokasi pondok berada jauh di pedalaman.

"Pada zaman itu Tenggarong hanya wilayah kecil, lokasi ponpes juga berada di kawasan persawahan dan jarang terdapat rumah penduduk," ujar Iskandar. Belakangan, perkembangan kota dan pusat pemerintahan mengarah ke Kota Tenggarong.

Awal didirikan ponpes memiliki lebih dari 100 santri yang berasal dari Bontang, Kutim dan Kubar yang saat itu masih masuk wilayah Kabupaten Kutai. Dari tahun ke tahun jumlah santri terus berkembang. Saat ini jumlah santri mencapai 700 orang.

Santri menyebar dari wilayah pantai, Hulu Mahakam dan kota. Ponpes Ribathul Khail juga memiliki Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang menerapkan kurikulum dari Kementerian Agama. Madrasah ini dipersiapkan bagi murid untuk menjadi santri, namun sifatnya tidak mengikat.

Santri asal Tenggarong tidak tinggal di asrama. Mereka boleh pulang ke rumah setelah kegiatan belajar di ponpes usai.

"Asrama yang ada diprioritaskan bagi santri yang jauh, seperti dari daerah pedalaman dan pantai. Maklum kapasitas asrama terbatas," tuturnya.

Baca: Di Pondok Pesantren Al Mukhlisin, Santri yang Buang Sebutir Nasi Kena Sanksi

Ponpes Ribathul Khail memiliki ustad dan ustadzah sebanyak 64 orang. Mereka berasal dari Banjar, Jawa dan Kutai sendiri. Bahkan 12 orang pengajar merupakan alumni dari Ponpes Ribathul Khail. Posisi ponpes di tengah kota menjadi tantangan sendiri agar para santri tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.

"Kami minta ustad dan ustadzah memberikan penjelasan moral kepada para santri. Alhamdulillah, sampai saat ini ponpes kami tidak ada masalah, tidak ada kelakuan santri kami yang menyimpang. Semuanya aman," kata Iskandar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved