Berita Berau Terkini

Keseruan Melukis tanpa Batas, Panggung Ekspresi Anak Istimewa di Berau Kaltim

Suasana hangat dan penuh warna memenuhi ruang rapat Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XIV Kaltim.

Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/RENATA ANDINI
WORKSHOP LUKIS BERAU - Sebanyak 22 anak dari SLB Tanjung Redeb, 17 siswa dari SLB lainnya, serta perwakilan dari 4 sekolah inklusi, mulai dari jenjang SD hingga SMA dan 1 pra sekolah, ikut ambil bagian dalam kegiatan workshop lukis, Kamis (9/10/2025).  

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Suasana hangat dan penuh warna memenuhi ruang rapat Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XIV Kalimantan Timur, yang disulap menjadi studio lukis dadakan oleh Komunitas Gerobooks.

Sebagian anak terlihat ditemani guru pendamping, sebagian lainnya didampingi oleh orangtua, Kamis 9 Oktober 2025. 

Inilah bagian dari rangkaian acara “Merayakan Kita: Karya dari Sahabat Inklusi”, sebuah kegiatan inklusif yang digagas oleh Komunitas Gerobooks dan para pegiat seni di Kabupaten Berau.

Founder Komunitas Gerobooks, Risna Herjayanti menuturkan, acara ini menjadi ruang ekspresi bagi anak-anak penyandang disabilitas yang selama ini jarang mendapat kesempatan untuk tampil dan diapresiasi.

Baca juga: 1.540 Pelajar SMP dan SMA/SMK se-Sangatta Pecahkan Rekor MURI Melukis Wakaroros Khas Kutim

Sebanyak 22 anak dari SLB Tanjung Redeb, 17 siswa dari SLB lainnya, serta perwakilan dari 4 sekolah inklusi, mulai dari jenjang SD hingga SMA dan 1 pra sekolah, ikut ambil bagian dalam kegiatan ini.

Dijadwalkan selama tiga hari, mereka diharapkan menghasilkan karya-karya lukis yang unik, penuh warna, dan mencerminkan dunia batin mereka masing-masing.

Setelah proses melukis selesai, karya-karya anak istimewa ini akan dipamerkan di Atara Studio, mulai 11 hingga 18 Oktober. Pameran ini menjadi bentuk apresiasi dan selebrasi atas potensi yang selama ini tersembunyi dalam diri mereka.

Lukisan-lukisan tersebut bukan sekadar karya seni, tetapi juga menjadi suara hati dan ekspresi jujur dari anak-anak yang sering terpinggirkan.

Risna juga menjelaskan bahwa “Merayakan Kita” lahir dari kegelisahan atas minimnya ruang inklusif bagi anak-anak penyandang disabilitas untuk berkarya dan berinteraksi di tengah masyarakat.

“Kita ingin menghadirkan ruang yang tidak hanya memberi tempat untuk berekspresi, tapi juga ruang yang setara, di mana semua anak, apapun latar belakangnya, bisa dirayakan,” katanya kepada TribunKaltim.co, Kamis (9/10/2025).

Kegiatan ini pun mendapat dukungan penuh dari Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIV Kaltimtara dan Dinas Pendidikan Kalimantan Timur.

Mereka melihat kegiatan seperti ini sebagai bentuk pendidikan budaya yang menjunjung tinggi keberagaman dan kesetaraan.

Baca juga: Jadwal Melukis Batik Wakaroros di Kutai Timur Skala Massal untuk Pecahkan Rekor MURI

Lebih dari sekadar pameran seni, “Merayakan Kita” juga dirangkaikan dengan diskusi publik dan lokakarya inklusi.

Diharapkan, kegiatan ini mampu menginspirasi sekolah-sekolah dan komunitas lain untuk membuka lebih banyak ruang yang ramah terhadap anak berkebutuhan khusus.

“Melalui karya seni, anak-anak ini bisa menyampaikan apa yang mereka rasakan. Kita yang seharusnya belajar untuk mendengarkan mereka,” tutupnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved