Opini
Ramadhan, Saatnya Puasa Pemberian Izin Eksploitasi Bumi Sebebas-bebasnya
Masyarakat sering kali memaknai puasa sebagai sesuatu yang sempit. Puasa sekadar dipahami sebagai menahan lapar dan dahaga.
Oleh Praja Rachman Putra
Ketua Korps Instruktur IMM , Kalimantan Timur
arrahmanprivate01@gmail.com
"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS Ar Ruum:41).
PUASA dalam bahasa Arab adalah ''shaum'' dan ''siyam". Kata shaum berarti untuk menjauhkan diri dari sesuatu, menahan diri, untuk mencegah diri dalam bahasa Arab.
Dalam istilah fiqih, itu berarti untuk menjauhkan diri dari makan, minum, dan hubungan suami-istri (jima). Antara suami dan istri dari fajar sampai matahari terbenam (maghrib) dengan sadar dan dengan mencari tujuan.
Masyarakat sering kali memaknai puasa sebagai sesuatu yang sempit. Puasa sekadar dipahami sebagai menahan lapar dan dahaga. Mengunci mulut dari perkataan yang tak sepantasnya. Bertindak santun dan berhati-hati.
Sayangnya, perspektif ini hanya dimaknai dalam tindak dan laku yang terbatas.Yang mengesampingkan makna besar dan istimewa atas puasa itu sendiri.
BACA JUGA: Mau Lebaran, Warga Banyak Tebus Perhiasan yang Digadaikan
Mengapa kemudian menjadi penting untuk mengkaji ulang makna puasa? Melihatnya dalam kacamata yang lebih luas. Memahami dari paradigma Islam yang luas dan penuh rahmat.
Puasa merupakan ibadah yang diajarkan hampir di setiap agama. Sebagai salah satu cara untuk mengendalikan hawa nafsu, menenangkan diri dan media untuk mendamaikan diri.
Akan tetapi kita sebenarnya kita telah melupakan salah satu hal penting yang diajarkan oleh puasa. Jika kita melihatnya dalam paradigma eco-sustainable development; pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan.
Abad 21 ini menjadi masa yang cukup mengkhawatirkan. Bumi semakin panas. Gunung es di Samudera Atlantik mencair. Air permukaan laut semakin tinggi. Pulau-pulau kecil tenggelam. Musim berganti-ganti tak menentu.
Bencana banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan tsunami menjadi bencana yang datang terus menerus. Lalu kita semua menerimanya sebagai proses takdir yang tak bisa kita hindari.

Ilustrasi. Banjir masih merendam pertigaan Jalan Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kalimantan Timur, Sabtu (28/5/2016). (TRIBUN KALTIM / CORNEL DIMAS SATRIO KUSBIANANTO)
Sebuah pernyataan naïf, oleh manusia-manusia yang melupakan bahwa tindakan manusia turut andil atas segala bencana yang terjadi. Kita sebagai manusia yang dikaruniai akal dan nafsu yang luar biasa hebatnya.
Yang karena dua kekuatan dari Allah SWT itu kita dapat menjadi lebih suci dari malaikat namun bisa juga menjadi lebih kejam dari iblis.
Tergantung bagaimana manusia itu mengambil sikap dan menentukan tindakan, sebagai pilihan sadar atas posisi khalifah di muka bumi ini. Puasa yang kita lakukan setiap tahun mestinya menjadi ajang latihan untuk umat manusia.
Sebagai pengendalian tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, puasa hanya menjadi topeng belaka.
Kita masih menemukan mereka yang korupsi seenaknya. Memberikan izin sebebasnya untuk melakukan eksploitasi terhadap Bumi. Tak peduli apa dampaknya bagi manusia di masa depan.
BACA JUGA: Tanamkan Nilai Sosial dan Rasa Kepedulian
Izin-izin pertambangan, penebangan hutan, eksplorasi migas demi tujuan pendek. Semuanya hanya untuk membesarkan perut sendiri.
Memuaskan hawa nafsu yang takkan pernah ada ujungnya. Akhirnya Bumi rusak, bencana terjadi di mana-mana. Lalu kita dilarang menyuarakan perasaan kita.
Apakah puasa yang telah kita lakukan bertahun-tahun masih menjadi sesuatu yang bermakna? Berarti? Dan memberi manfaat bagi diri kita?
Jangan-jangan selama ini kita termasuk dalam mereka yang tak mendapatkan apapun dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga. Dan sesungguhnya, kita meminjam Bumi ini dari anak cucu kita kelak. Wallahu alam. (*)
Salurkan Keluhan atas Pelayanan Umum Melalui Hotline Public Service
Caranya mudah. Tinggal memilihnya, yakni:
-Telepon ke bagian Redaksi Tribun Kaltim: 0542 735015
-SMS ke Redaksi Tribun Kaltim: 0811 547 1888
-WhatsApp/Line Redaksi Tribun Kaltim: 0811 5387 222
-PIN BlackBerry Redaksi Tribun Kaltim: 54ED96E3
-Email: tribunkaltim.red@gmail.com dan cc ke redaksi@tribunkaltim.co
Boleh juga kicauan sahabat diunggah ke Twitter lalu mention Twitter @tribunkaltim gunakan hashtag/tagar #HotlineTribunKaltim
***